Aqiqah, ibadah sunnah yang sangat dianjurkan bagi umat Muslim ketika menyambut kelahiran buah hati, seringkali menimbulkan pertanyaan seputar tata cara pelaksanaannya. Salah satu yang paling sering dibahas adalah soal pembagian daging aqiqah. Apakah seluruh daging harus diberikan kepada orang lain, atau bolehkah keluarga juga ikut menikmatinya?
Tradisi aqiqah yang umumnya dilakukan pada hari ketujuh kelahiran bayi, bersamaan dengan pencukuran rambut dan pemberian nama, memang sarat dengan makna syukur. Namun, soal pembagian daging, seringkali muncul perbedaan pendapat dan kebingungan. Beberapa orang merasa harus menyedekahkan seluruh dagingnya, sementara yang lain beranggapan keluarga juga berhak mendapatkan bagian. Lalu, bagaimana sebenarnya pandangan Islam mengenai hal ini?
Para ulama telah memberikan penjelasan yang cukup terang terkait masalah ini. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Somad, memakan daging aqiqah untuk diri sendiri diperbolehkan. Namun, beliau juga menekankan pentingnya berbagi dengan sesama. Beliau menyarankan agar sebagian daging diberikan kepada orang lain, khususnya mereka yang membutuhkan, dan sebagian lagi bisa dikonsumsi oleh keluarga. Dengan demikian, nilai ibadah aqiqah sebagai bentuk syukur tetap terjaga, sekaligus meningkatkan kepedulian sosial.
Also Read
Senada dengan Ustadz Abdul Somad, Buya Hamka juga menjelaskan bahwa tidak ada larangan bagi keluarga untuk menikmati daging aqiqah. Bahkan, menurut Buya Hamka, keluarga besar pun boleh turut menikmati hidangan aqiqah tersebut. Beliau menekankan bahwa aqiqah adalah ibadah sunnah yang bertujuan untuk merayakan kelahiran anak dan mensyukuri nikmat dari Allah SWT. Oleh karena itu, tidak ada batasan yang ketat mengenai siapa saja yang boleh mengonsumsi daging aqiqah.
Lebih Dalam Tentang Hikmah Pembagian Daging Aqiqah
Selain pandangan ulama, kita juga bisa melihat hikmah di balik anjuran berbagi daging aqiqah. Ibadah ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan bentuk syukur atas karunia kelahiran anak. Dengan berbagi daging, kita melatih diri untuk tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi, tetapi juga peduli terhadap orang lain. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya solidaritas dan kepedulian sosial.
Fleksibilitas dalam Pembagian Daging Aqiqah
Penting untuk dipahami bahwa Islam tidak memberikan aturan yang kaku mengenai pembagian daging aqiqah. Tidak ada keharusan untuk memberikan seluruh daging kepada orang lain. Yang terpenting adalah niat ikhlas dan tujuan untuk bersyukur kepada Allah SWT atas kelahiran buah hati.
Oleh karena itu, kita memiliki fleksibilitas dalam mengatur pembagian daging aqiqah. Kita bisa memberikan sebagian kepada tetangga, teman, kerabat, atau orang-orang yang membutuhkan, dan sebagian lagi kita nikmati bersama keluarga. Yang terpenting adalah bagaimana kita memaknai ibadah aqiqah ini sebagai wujud syukur dan kepedulian kepada sesama. Dengan pemahaman yang benar, kita bisa melaksanakan aqiqah dengan khusyuk dan penuh makna.