Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, pasca pertandingan sepak bola beberapa waktu lalu menyisakan duka mendalam. Bukan hanya karena ratusan nyawa melayang, tetapi juga karena banyaknya korban anak-anak yang turut menjadi bagian dari kejadian pilu ini. Di tengah suasana berkabung, sebuah lagu kebanggaan Aremania, pendukung Arema FC, kembali menjadi perbincangan hangat. Lagu tersebut berjudul "Tinggalkan Ras Tinggalkan Suku."
Lirik lagu yang sederhana namun penuh semangat itu, kini terasa begitu getir. Penggalan lirik "Walau harus mati di tengah lapang," seolah menjadi "firasat" mengerikan yang kini menjadi kenyataan pahit. Apakah ini hanya kebetulan? Atau ada makna lebih dalam yang terkandung di baliknya?
Lagu "Tinggalkan Ras Tinggalkan Suku" sejatinya adalah sebuah bentuk loyalitas dan kecintaan terhadap tim kebanggaan. Liriknya mengajak para suporter untuk mengesampingkan perbedaan dan bersatu demi mendukung Arema. Semangat juang yang digaungkan melalui lagu ini, sayangnya, justru menjadi ironi di tengah tragedi Kanjuruhan.
Also Read
Namun, penting untuk dipahami bahwa menyematkan kata "firasat" pada lirik lagu tersebut adalah bentuk interpretasi pasca kejadian. Lirik tersebut adalah metafora tentang pengorbanan dan kesetiaan, bukan prediksi akan kematian. Mengaitkannya dengan tragedi Kanjuruhan memang menggugah emosi, namun juga perlu diimbangi dengan pemahaman bahwa lagu itu adalah ekspresi semangat, bukan ramalan.
Tragedi Kanjuruhan adalah cerminan dari berbagai permasalahan kompleks di sepak bola Indonesia. Mulai dari tata kelola pertandingan, pengamanan, hingga budaya suporter yang masih perlu banyak perbaikan. Menggunakan lirik lagu sebagai "kambing hitam" atau mencoba menafsirkan sebagai "firasat" akan mengaburkan esensi dari tragedi itu sendiri.
Alih-alih terjebak dalam spekulasi, sebaiknya energi dan fokus kita arahkan pada upaya pencarian kebenaran, evaluasi menyeluruh, dan perbaikan sistem sepak bola Indonesia. Tragedi ini adalah momentum untuk berbenah, agar kejadian serupa tak terulang di masa depan. Lirik lagu Arema "Tinggalkan Ras Tinggalkan Suku" mungkin akan selalu dikenang, namun maknanya harus dipahami dalam konteks semangat persatuan dan bukan sebagai "firasat" sebuah petaka. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana kita belajar dari kesalahan dan memastikan bahwa sepak bola menjadi olahraga yang aman dan menyenangkan, bukan arena pertumpahan darah.