Gantarawang, sebuah kata yang mungkin asing di telinga sebagian besar orang Indonesia. Namun, bagi masyarakat Banten, khususnya di daerah Serang, Lebak, dan Pandeglang, gantarawang bukan sekadar kata, melainkan sebuah entitas yang hidup dalam cerita-cerita pengantar tidur dari generasi ke generasi. Lebih dari sekadar dongeng, gantarawang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan kepercayaan lokal, meski gaungnya belum begitu luas dikenal di luar wilayah tersebut.
Berbeda dengan kisah-kisah hantu menyeramkan yang kerap menghiasi layar kaca, gantarawang hadir dalam nuansa yang lebih halus namun tetap mampu membuat bulu kuduk meremang. Ia bukan sosok dengan wujud mengerikan, melainkan lebih kepada kehadiran tak kasatmata, sebuah energi atau fenomena yang dikaitkan dengan berbagai kejadian aneh di sekitar rumah. Bayangan samar yang bergerak di sudut ruangan, suara-suara misterius di tengah malam, atau sentuhan dingin yang tiba-tiba terasa di kulit, semua ini seringkali dihubungkan dengan keberadaan gantarawang.
Menariknya, gantarawang tidak selalu digambarkan sebagai entitas jahat. Justru, dalam beberapa cerita, ia menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menghormati orang yang lebih tua. Konon, anak-anak yang tidur dalam keadaan kotor atau tidak sopan akan lebih mudah ‘dikunjungi’ oleh gantarawang. Jadi, dapat dikatakan bahwa gantarawang juga berperan sebagai ‘instrumen’ edukasi moral secara tidak langsung, disampaikan dalam bentuk cerita yang memikat.
Also Read
Namun, keberadaan gantarawang juga menyimpan sisi misteri yang belum terpecahkan. Banyak yang mengaitkannya dengan kepercayaan animisme dan dinamisme yang masih kuat berakar di masyarakat Banten. Ada pula yang berpendapat bahwa kisah gantarawang merupakan cara masyarakat dahulu kala menjelaskan fenomena alam yang belum mereka pahami dengan baik. Terlepas dari berbagai interpretasi yang ada, satu hal yang pasti: gantarawang telah menjadi bagian dari identitas budaya Banten, sebuah warisan lisan yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Di era modern ini, kisah gantarawang mungkin mulai jarang diceritakan di lingkungan keluarga. Tergerus oleh gempuran teknologi dan hiburan digital, tradisi mendongeng sebelum tidur semakin ditinggalkan. Padahal, di balik kesederhanaan cerita gantarawang, tersimpan kearifan lokal yang layak untuk dipelajari dan diwariskan kepada generasi muda. Ini bukan hanya tentang cerita hantu, tetapi juga tentang nilai-nilai budaya dan kearifan yang terkandung di dalamnya.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita melirik kembali kekayaan budaya yang kita miliki, termasuk kisah-kisah mistis seperti gantarawang. Mari kita jadikan kisah-kisah ini sebagai pengingat akan akar budaya kita, serta inspirasi untuk menciptakan cerita-cerita baru yang tetap relevan dengan zaman. Gantarawang bukan hanya tentang tidur, tetapi juga tentang identitas, sejarah, dan warisan yang patut untuk kita banggakan.