"Kenapa sifatmu sekarang sudah beda? Kamu meninggalkanku demi orang lain." Lirik lagu Pupusing Nelongso yang dinyanyikan Happy Asmara, ini begitu menusuk hati. Rasa kecewa, sedih, dan pasrah bercampur menjadi satu. Lagu ini bukan sekadar kisah cinta yang kandas, tapi juga representasi dari realita pahit yang kerap dialami banyak orang: cinta tak selalu menjadi pemenang, terutama ketika berhadapan dengan kehendak orang tua.
Lagu ini dengan lugas menggambarkan bagaimana seseorang merasakan perubahan sikap dari pasangannya. Dari yang awalnya penuh cinta, berubah menjadi dingin dan meninggalkan. Perihnya ditinggalkan terasa begitu dalam, seolah semua rasa cinta telah sirna, seperti lumut di pinggir pantai yang tergerus ombak. Lalu, muncul pertanyaan besar, "Apakah ini memang takdirku?"
Lirik selanjutnya, "Sesak di dalam dada memang menyakitkan, mau bagaimana lagi kamu orang tidak punya," menyiratkan adanya jurang perbedaan status sosial atau ekonomi yang menjadi penghalang hubungan. Ini adalah problem klasik yang masih sering ditemui dalam masyarakat. Status sosial seringkali menjadi pertimbangan utama, bahkan lebih besar dari rasa cinta itu sendiri.
Also Read
Yang paling menyayat hati adalah ketika kekasih hati mengatakan, "Sudah pupus perasaanku, dengerin tangisanku, lebih baik kamu pergi dari hidupku." Kata-kata ini adalah pukulan telak bagi siapa pun yang pernah mengalaminya. Di satu sisi, ada rasa cinta yang begitu besar, di sisi lain, harus menerima kenyataan bahwa semua telah berakhir.
Namun, yang menarik dari lagu ini adalah adanya penerimaan. Meskipun diliputi kesedihan yang mendalam, ada kalimat pasrah, "Ini sudah jalanku, pilihan orang tuaku." Ini adalah representasi dari kondisi di mana seseorang harus mengalah demi kebahagiaan orang tua, meskipun hatinya terluka. Pilihan orang tua sering kali dianggap sebagai yang terbaik, walau tak sejalan dengan keinginan hati.
Lagu ini kemudian mengutip peribahasa, "Bagaikan meraih bintang di angkasa." Ini menggambarkan betapa sulitnya memperjuangkan cinta ketika banyak rintangan yang menghalang. Perasaan kecewa dan sakit hati begitu terasa, seolah cinta yang telah dibangun harus berakhir begitu saja.
Kisah cinta yang kandas karena pilihan orang tua bukanlah cerita baru. Ini adalah realita yang dialami banyak orang di berbagai belahan dunia. Keputusan yang diambil orang tua seringkali didasari oleh berbagai pertimbangan, mulai dari status sosial, ekonomi, hingga pandangan tradisional. Namun, tak jarang, keputusan ini justru membuat hati anak mereka terluka.
Lantas, apa yang bisa dipetik dari kisah ini? Pertama, cinta tidak selalu cukup untuk memenangkan segalanya. Ada kalanya kita harus mengalah pada takdir atau pilihan yang tidak kita inginkan. Kedua, komunikasi adalah kunci. Sebaiknya, dialog terbuka antara anak dan orang tua mengenai harapan dan pilihan hidup perlu dilakukan. Ketiga, validasi perasaan. Sakit hati karena cinta yang kandas adalah hal wajar. Jangan memendamnya sendiri, carilah dukungan dari orang terdekat.
Kisah yang diangkat dalam lagu Pupusing Nelongso ini memang begitu menyakitkan. Namun, dibalik kesedihan ini, ada pesan yang mendalam tentang realita cinta, keluarga, dan pilihan hidup. Ini adalah pengingat bahwa setiap perjalanan cinta tidak selalu berakhir bahagia, dan kadang kala kita perlu melepaskan demi kebaikan yang lebih besar. Meskipun begitu, bukan berarti kita berhenti percaya pada cinta. Teruslah berjuang untuk cinta yang tulus, walau tak semua jalan akan berujung bahagia. Karena, pada akhirnya, cinta sejati akan menemukan jalannya sendiri.