Ramadan, bulan penuh berkah, seringkali menghadirkan pertanyaan seputar batasan ibadah, termasuk dalam kehidupan rumah tangga. Salah satu yang kerap menjadi perbincangan adalah bolehkah suami istri berhubungan intim di malam hari selama Ramadan? Malam, yang lazimnya menjadi waktu beristirahat, kini menjadi area abu-abu bagi sebagian pasangan.
Jawaban atas pertanyaan ini sebenarnya telah jelas terpampang dalam ajaran Islam. Berdasarkan dalil Al-Quran, tepatnya Surah Al-Baqarah ayat 187, hubungan intim suami istri diperbolehkan setelah berbuka puasa hingga terbit fajar. Ayat tersebut dengan gamblang menyatakan, "Diizinkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istrimu…" Ini adalah rambu yang jelas, memberikan kelonggaran bagi pasangan untuk memenuhi kebutuhan biologis mereka di luar waktu berpuasa.
Namun, kebolehan ini bukan berarti tanpa etika. Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian agar hubungan intim tetap terjaga kesuciannya, sejalan dengan semangat Ramadan. Pertama, hubungan intim tetap tidak diperbolehkan di siang hari saat berpuasa. Pelanggaran ini tidak hanya membatalkan puasa, namun juga dianggap sebagai dosa. Kedua, kondisi fisik dan psikologis pasangan perlu menjadi pertimbangan utama. Kelelahan atau kondisi kesehatan yang kurang baik menjadi alasan yang cukup untuk menunda aktivitas ini. Ketiga, kebersihan dan kesucian diri harus tetap dijaga, baik sebelum maupun sesudah berhubungan. Dan yang terpenting, pasangan harus memahami larangan-larangan agama, seperti berhubungan saat istri sedang haid atau nifas.
Also Read
Lebih dari Sekadar Pemenuhan Kebutuhan Biologis
Lebih jauh dari sekadar mematuhi rambu-rambu agama, hubungan intim di malam Ramadan dapat dipandang sebagai momen untuk mempererat ikatan batin antara suami dan istri. Ayat Al-Quran yang sama juga menyebutkan bahwa istri adalah "pakaian" bagi suami, dan suami adalah "pakaian" bagi istri. Perumpamaan ini melambangkan kedekatan, saling melindungi, dan saling melengkapi antara keduanya. Melalui hubungan intim, cinta dan kasih sayang dapat terpelihara, bahkan ditingkatkan, di tengah ibadah puasa.
Di sisi lain, bulan Ramadan juga bisa menjadi momentum bagi pasangan untuk melakukan introspeksi diri. Tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga mengendalikan hawa nafsu. Dengan demikian, hubungan intim di malam hari dapat menjadi wujud dari kasih sayang yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Penting bagi pasangan untuk terbuka dalam berkomunikasi mengenai hal ini. Jika salah satu pihak merasa tidak nyaman atau lelah, penting untuk saling menghargai dan memahami. Ramadan bukanlah penghalang bagi keintiman, melainkan momen untuk menata ulang kehidupan rumah tangga, termasuk dalam hal kebutuhan biologis, dengan tetap berpegang pada nilai-nilai agama dan etika. Dengan pemahaman dan kesadaran yang benar, pasangan dapat menjalankan ibadah puasa dan kehidupan rumah tangga dengan harmonis dan penuh berkah.