Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono pada Sabtu, 11 Desember 2022, bukan hanya menjadi sorotan publik karena status pengantinnya, tetapi juga karena kekayaan tradisi Jawa yang mengiringinya. Bagi sebagian orang, rangkaian acara ini mungkin terlihat seperti ritual biasa, namun sebenarnya setiap prosesi memiliki makna mendalam dan sarat akan filosofi kehidupan. Yuk, kita telusuri 7 rangkaian pernikahan adat Jawa yang dijalani Kaesang dan Erina, serta makna di baliknya:
1. Semaan Al-Qur’an: Memohon Ridho Ilahi
Prosesi ini menandai dimulainya rangkaian pernikahan dengan pembacaan dan penyimakan ayat suci Al-Qur’an. Semaan bukan sekadar tradisi, tetapi juga sebagai wujud permohonan restu dan ridho dari Allah SWT agar pernikahan dilimpahi berkah dan rahmat. Suasana khusyuk selama semaan diharapkan dapat menenangkan hati calon pengantin dan mempersiapkan mereka menuju jenjang pernikahan yang sakral.
2. Pemasangan Bleketepe: Simbol Harapan dan Perlindungan
Bleketepe, anyaman daun kelapa, dipasang di depan rumah sebagai penanda dimulainya hajatan pernikahan. Lebih dari itu, bleketepe melambangkan harapan agar keluarga pengantin senantiasa dilindungi dari segala keburukan. Prosesi ini juga menjadi pengingat bagi keluarga dan masyarakat sekitar untuk turut serta mendoakan kelancaran acara.
Also Read
3. Prosesi Langkahan: Memohon Izin dengan Hati Tulus
Karena Erina merupakan adik yang ‘melangkahi’ dua kakaknya yang belum menikah, maka prosesi langkahan pun dilakukan. Esensi dari prosesi ini adalah meminta izin dengan penuh kerendahan hati kepada kakak-kakak yang dilangkahi. Syarat pelangkah yang diminta bukanlah sekadar materi, tetapi lebih kepada bentuk penghormatan dan upaya menjaga hubungan harmonis antar saudara. Ini mengajarkan tentang pentingnya musyawarah dan saling pengertian dalam keluarga.
4. Siraman: Membersihkan Diri Lahir dan Batin
Siraman dilakukan dengan menggunakan air dari tujuh mata air sebagai simbol kesucian. Prosesi ini bukan hanya sekadar membersihkan diri secara fisik, tetapi juga menyucikan hati dan jiwa calon pengantin sebelum memasuki kehidupan baru. Kerikan, atau pengambilan rambut bayi, juga menjadi bagian dari ritual ini, menandakan pengorbanan dan harapan akan kehidupan baru yang lebih baik.
5. Midodareni: Malam Restu dan Kesiapan
Malam Midodareni menjadi momen penting menjelang akad nikah. Calon pengantin pria beserta keluarga datang untuk meminta restu kepada keluarga calon pengantin wanita. Sementara itu, calon pengantin wanita tidak diperkenankan keluar kamar, sebagai simbol kesiapan dan penyerahan diri. Momen ini menjadi ajang silaturahmi antarkeluarga sekaligus refleksi bagi calon pengantin dalam menatap hari esok.
6. Akad Nikah: Ikrar Suci di Hadapan Saksi
Akad nikah merupakan inti dari seluruh rangkaian pernikahan. Momen sakral ini bukan hanya sekadar pengesahan hubungan, tetapi juga ikrar janji suci di hadapan Allah SWT dan para saksi. Dalam adat Keraton Yogyakarta, pengantin wanita disembunyikan hingga prosesi panggih, sebagai simbol bahwa pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan membutuhkan proses menuju pertemuan.
7. Upacara Panggih: Pertemuan Awal dengan Kesucian
Panggih melambangkan pertemuan pertama antara pengantin wanita dan pria setelah akad nikah. Keduanya bertemu dalam keadaan suci, sebagai simbol awal kehidupan baru yang diharapkan dipenuhi dengan kebaikan. Prosesi ini juga menyiratkan bahwa pernikahan adalah penyatuan dua insan dengan latar belakang yang berbeda, menjadi satu dalam ikatan cinta.
Pernikahan Kaesang dan Erina adalah cerminan betapa kayanya budaya Indonesia, khususnya Jawa. Lebih dari sekadar tradisi, setiap rangkaian pernikahan adat Jawa mengandung nilai-nilai luhur yang patut dilestarikan. Bukan hanya sebagai warisan leluhur, tetapi juga sebagai pengingat bagi kita semua tentang makna kehidupan, keluarga, dan cinta. Semoga pernikahan Kaesang dan Erina menjadi inspirasi bagi kita semua dalam melestarikan budaya dan tradisi bangsa.