Pernahkah Mama atau Papa mendengar istilah "wapak" berseliweran di TikTok atau media sosial lain? Kata ini memang lagi naik daun, tapi jangan asal ikut-ikutan pakai, ya. Istilah yang viral seringkali punya makna tersembunyi, bahkan konotasi negatif yang sebaiknya kita pahami betul sebelum ikut menggunakannya.
Wapak: Plesetan dari Jimat dalam Bahasa Arab
Ternyata, "wapak" bukanlah kata tanpa asal-usul. Ia merupakan plesetan dari kata Bahasa Arab "wafaq," yang berarti jimat berisi tulisan Arab. Wafaq, atau jimat, sering digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi, khususnya yang berkaitan dengan duniawi. Di Indonesia, kata wafaq ini cukup akrab di telinga masyarakat, terutama di daerah Jakarta dan Jawa Barat.
Karena akar katanya dan penggunaannya yang sering dikaitkan dengan hal-hal duniawi, wajar jika kata "wafaq" lantas dihubungkan dengan dunia mistis. Nah, agar tidak terlalu kentara kesan mistisnya, kata tersebut dipelesetkan menjadi "wapak." Jadi, tak heran kalau "wapak" banyak digunakan untuk mengacu pada hal-hal seperti pelet, santet, atau kemampuan supranatural lainnya.
Also Read
Penggunaan Wapak di Media Sosial dan Konteksnya
Di media sosial, khususnya TikTok, kita bisa menemukan berbagai contoh penggunaan kata "wapak" yang menarik untuk dicermati:
- "Beruntung banget, menang lomba terus. Pake wapak apa sih?" Dalam kalimat ini, "wapak" digunakan sebagai pengganti kata jimat, mengimplikasikan bahwa keberuntungan seseorang didapat dengan cara yang tidak biasa.
- "Kok bisa sih pacarnya banyak banget. Pake wapak apa dia?" Di sini, "wapak" mengarah pada praktik pelet, yang dianggap membuat seseorang mudah mendapatkan cinta.
- "Dia menang judi terus, jangan-jangan pake wapak." Dalam konteks ini, "wapak" juga bermakna jimat yang dipercaya bisa mendatangkan keberuntungan dalam perjudian.
Lebih dari Sekadar Bahasa Gaul: Refleksi Budaya dan Kepercayaan
Kemunculan istilah "wapak" dan popularitasnya di kalangan pengguna media sosial tidak bisa dilepaskan dari budaya dan kepercayaan yang masih hidup di masyarakat kita. Meski kita hidup di era modern, kepercayaan terhadap hal-hal mistis dan supranatural masih cukup kuat. "Wapak" hanyalah salah satu manifestasi dari hal tersebut.
Penting untuk diingat, bahwa penggunaan kata "wapak" bisa jadi sekadar guyonan atau ungkapan rasa heran. Namun, tidak menutup kemungkinan juga digunakan dalam konteks yang serius. Oleh karena itu, sebagai pengguna media sosial yang bijak, kita perlu hati-hati dalam menggunakan dan memahami istilah ini.
Jangan Asal Ikut-ikutan, Pahami Dulu Maknanya
Sebelum ikut meramaikan tren "wapak," ada baiknya kita memahami dulu asal-usul dan maknanya. Jangan sampai kita menggunakan kata yang sebenarnya memiliki konotasi negatif atau bahkan menyinggung kepercayaan orang lain. Jadilah pengguna media sosial yang cerdas dan bertanggung jawab. Mari gunakan bahasa dengan bijak, dan jangan sampai terjebak dalam tren tanpa pemahaman yang mendalam.