Conan Gray, penyanyi muda yang namanya melambung berkat TikTok, kembali menghadirkan lagu yang mengoyak hati. Kali ini, bukan sekadar galau biasa, tapi sebuah potret pilu hubungan toxic yang digambarkan lewat lagu "The Cut That Always Bleeds." Lagu ini bukan sekadar deretan lirik menyayat hati, tapi juga cerminan emosi dan pengalaman pahit yang mungkin pernah dialami banyak orang.
Lirik lagu ini bagai ungkapan jeritan hati seseorang yang terjebak dalam hubungan yang manipulatif. Bait pertama langsung menggebrak dengan "Aku tidak mencintaimu lagi," sebuah kalimat yang ironisnya justru sangat dikagumi si penyanyi. Lima kata itu bukan hal baru, melainkan rutinitas yang menyakitkan. Kekasihnya selalu datang dan pergi seenaknya, bak menarik ulur tali yang mengikat lehernya. Metafora ini sangat kuat, menggambarkan bagaimana sang kekasih mengontrol dan mempermainkan emosi si penyanyi.
"Oh, aku tidak bisa menjadi kekasihmu dengan tali," sebuah pengakuan yang tulus tentang ketidakmampuan menerima perlakuan yang tak adil. Ia tak mau lagi menjadi mainan yang bisa dipeluk dan dicampakkan kapan saja. "Aku tidak bisa menjadi ciuman yang tidak kamu butuhkan," ia pun menyadari bahwa cintanya sering kali tak dihargai, hanya menjadi pelarian sementara ketika sang kekasih bosan dengan yang lain.
Also Read
Puncak kepedihan hadir di bagian verse kedua. Kekasihnya datang dengan cinta yang baru, lalu menghancurkan hatinya hingga "hitam dan biru". Ironisnya, ketika hubungan barunya kandas, ia kembali pada si penyanyi, seolah dia adalah tempat sampah emosional. Kata-kata manis seperti "mencintaimu selama ini" dan ciuman yang menenangkan hanya menjadi penawar rasa sakit sementara. Ia tahu cinta itu palsu, ia sulit bernapas dalam pelukan yang sesungguhnya menyiksa.
Lagu ini bukan hanya tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan, tapi juga tentang pengakuan ketergantungan yang menyakitkan. Pada bagian bridge, lirik "Meskipun kau membunuhku, aku membutuhkanmu seperti udara yang kuhirup" memperlihatkan betapa sulitnya keluar dari jerat hubungan toxic. Perasaan sayang dan kebutuhan akan kehadiran sang kekasih justru menjadi racun yang melumpuhkan. Di titik ini, si penyanyi mengakui kelemahan dirinya, bahwa ia lebih membutuhkan sang kekasih daripada dirinya sendiri.
"The Cut That Always Bleeds" bukan hanya sebuah lagu galau biasa. Lebih dari itu, lagu ini adalah representasi dari hubungan toxic yang banyak terjadi di dunia nyata. Luka yang selalu berdarah bukan hanya luka fisik, tetapi luka batin yang ditorehkan oleh orang yang dicintai. Lagu ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga diri sendiri, memiliki batasan dalam hubungan, dan berani keluar dari lingkaran setan yang menyakitkan.
Conan Gray berhasil menyuarakan perasaan banyak orang yang mungkin sedang mengalami hal serupa. Melalui lagu ini, ia membuka mata pendengar tentang realita pahit hubungan toxic yang kerap dibungkus dengan kata-kata manis. Lagu ini menjadi pengingat bahwa cinta seharusnya tidak menyakitkan, apalagi sampai menghancurkan diri sendiri. Jika kamu merasa terjebak dalam hubungan yang membuatmu tak berdaya, ingatlah bahwa kamu berhak untuk bahagia dan dicintai dengan tulus. Jangan biarkan "luka yang selalu berdarah" terus menggerogoti dirimu.
