Kabut tipis menyelimuti permukaan Telaga Sarangan, permadani air tenang di kaki Gunung Lawu. Udara dingin menusuk kulit, ciri khas dataran tinggi Magetan, Jawa Timur. Namun, di balik kesejukan dan pemandangan pulau kecil yang memesona, tersimpan cerita misteri yang terus diwariskan dari generasi ke generasi: mitos naga raksasa dan larangan berpacaran.
Telaga Sarangan bukan sekadar destinasi wisata alam. Ia adalah panggung kisah legenda yang hidup dalam kepercayaan masyarakat setempat. Konon, telaga ini terbentuk akibat transformasi sepasang suami istri, Kyai Jalilung dan Nyai Jalilung. Mereka, seorang petani yang sehari-hari bercocok tanam di sekitar lereng gunung, tiba-tiba menemukan telur raksasa. Karena kelaparan, mereka memakan telur tersebut, merasakan sensasi panas dan gatal yang luar biasa, dan akhirnya menceburkan diri ke pancuran air. Dari sinilah, pancuran itu melebar, membentuk telaga, dan keduanya berubah menjadi naga raksasa yang menjadi penjaga telaga.
Legenda ini bukan sekadar dongeng pengantar tidur. Ia menjadi dasar bagi tradisi "Festival Gebyar Labuhan Larung Tumpeng Sesaji" yang rutin digelar setiap tahun. Acara ini adalah bentuk penghormatan kepada Kyai dan Nyai Jalilung sekaligus ungkapan syukur atas berkah hasil bumi. Tumpeng dan sesaji diarak lalu dilarung ke tengah telaga, sebuah simbolisasi persembahan dan harapan akan kelimpahan.
Also Read
Namun, di balik nuansa sakral, ada larangan yang tak kalah menarik perhatian: larangan berpacaran di sekitar telaga. Konon, pasangan yang berduaan di tempat ini akan bernasib sial, hubungannya kandas di tengah jalan. Mitos ini cukup kuat mengakar, meski tak sedikit pula yang mengabaikannya. Apakah ini sekadar mitos atau ada kekuatan lain di balik kepercayaan ini? Bisa jadi ini adalah cara masyarakat untuk menjaga kesucian dan ketenangan Telaga Sarangan, tempat yang dianggap memiliki aura magis.
Meskipun larangan pacaran ini seringkali menjadi perbincangan, nyatanya banyak juga pasangan yang tak terpengaruh dan tetap menikmati keindahan telaga bersama. Mungkin ini juga menjadi pengingat bahwa setiap mitos dan legenda memiliki interpretasi yang berbeda. Ada yang menganggapnya sebagai aturan yang harus dipatuhi, ada pula yang melihatnya sebagai cerita menarik untuk menambah daya tarik sebuah tempat.
Terlepas dari benar atau tidaknya mitos tersebut, Telaga Sarangan tetap menjadi destinasi wisata yang menarik dikunjungi. Pemandangan alamnya yang memukau, udaranya yang sejuk, dan kisah-kisah di baliknya, menjadikan tempat ini memiliki daya tarik yang sulit untuk ditolak. Berwisata ke Telaga Sarangan bukan hanya sekadar menikmati keindahan alam, tetapi juga menyelami kearifan lokal dan cerita yang telah mengakar kuat di hati masyarakat.