Roti Okko, yang sempat viral karena harganya yang terjangkau dan diklaim tahan lama, kini jadi perbincangan karena alasan yang berbeda. Produk ini terbukti mengandung pengawet berbahaya, sodium dehydroacetate, yang dilarang dalam peraturan BPOM. Lantas, siapa sebenarnya sosok di balik merek roti yang kini sedang bermasalah ini?
Warga Negara Asing dan Ambisi Roti Murah Meriah
Roti Okko diproduksi oleh PT Abadi Rasa Food, sebuah perusahaan swasta nasional. Mayoritas saham perusahaan ini dimiliki oleh WQ, seorang warga negara asing kelahiran Fujian, China, yang juga menjabat sebagai direktur. Fakta ini memberikan warna tersendiri dalam kisah Roti Okko, menunjukkan bagaimana produk yang beredar di pasar Indonesia bisa melibatkan pemain dari berbagai latar belakang.
Jimmy, pengelola pabrik, mengklaim bahwa Roti Okko bisa tahan hingga 90 hari karena proses produksi yang higienis dan berstandar internasional. Pabrik juga disebut-sebut sangat menjaga kebersihan, bebas bakteri, dan mengandalkan mesin otomatis untuk pengemasan. Bahkan, kemasan roti diklaim berasal dari perusahaan berstandar ISO dan tahan tekanan hingga 80 kilogram. Semua ini demi menjaga kualitas dan menekan harga jual agar tetap terjangkau.
Also Read
BPOM Temukan Fakta Mengejutkan
Namun, klaim tersebut ternyata berbanding terbalik dengan temuan BPOM. Inspeksi pada 2 Juli 2024 menemukan bahwa PT Abadi Rasa Food tidak menerapkan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) secara benar dan konsisten. Lebih parah lagi, uji laboratorium BPOM mendeteksi adanya sodium dehydroacetate, pengawet yang dilarang dalam Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan.
Temuan ini menjadi pukulan telak bagi Roti Okko. BPOM segera memerintahkan penghentian produksi dan peredaran produk, serta mewajibkan penarikan seluruh produk dari pasaran untuk dimusnahkan. Langkah tegas ini menunjukkan komitmen BPOM dalam menjaga keamanan pangan bagi masyarakat.
Pabrik Sepi, Konsumen Harus Waspada
Kondisi terkini pabrik Roti Okko di Bandung terlihat sepi. Karyawan produksi sudah tidak bekerja selama dua minggu terakhir. Aktivitas yang terlihat hanya renovasi ruangan produksi, menandakan adanya upaya perbaikan setelah temuan BPOM.
Kasus Roti Okko ini menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya kehati-hatian dalam memilih produk makanan. Harga murah dan daya tahan yang lama bukanlah jaminan kualitas dan keamanan. Sebagai konsumen, kita harus lebih cerdas dan teliti membaca label kemasan, serta tidak ragu melaporkan jika menemukan produk yang mencurigakan.
Pelajaran Berharga untuk Produsen dan Konsumen
Kasus ini juga memberikan pelajaran berharga bagi produsen. Standar produksi yang baik dan penggunaan bahan yang aman adalah mutlak, bukan sekadar pilihan. Kepercayaan konsumen adalah aset yang sangat berharga, dan sekali hilang akan sulit untuk dipulihkan.
Kita semua berharap bahwa kejadian ini akan menjadi titik balik bagi industri makanan di Indonesia. Semoga produsen lebih bertanggung jawab, pemerintah lebih ketat dalam pengawasan, dan konsumen lebih cerdas dalam memilih produk. Mari dukung produsen yang benar-benar peduli dengan kualitas dan kesehatan kita semua, demi masa depan pangan yang lebih aman dan berkualitas.