Dunia ekonomi Indonesia berduka. Prof. Dr. Ir. H. Rizal Ramli, M.A., seorang tokoh ekonom yang dikenal vokal dan kritis, menghembuskan napas terakhirnya pada Selasa, 2 Januari 2024, di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Kepergiannya meninggalkan jejak mendalam dalam perjalanan bangsa, terutama di bidang ekonomi dan politik. Rizal Ramli, yang meninggal dunia di usia 69 tahun akibat kanker pankreas, bukan hanya seorang ekonom, tetapi juga aktivis dan sosok yang tak pernah gentar mengkritisi kebijakan pemerintah.
Dari Kampus hingga Jalanan: Semangat Aktivisme Rizal Ramli
Rizal Ramli muda, saat masih berstatus mahasiswa di ITB, sudah menunjukkan jiwa aktivisnya. Ia tak hanya aktif di kegiatan kemahasiswaan, seperti menjadi Presiden Student English Forum (SEF) ITB dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa (Denma) ITB, tetapi juga lantang menyuarakan keadilan dan pemerintahan yang bersih. Keberaniannya ini bahkan membuatnya mendekam di penjara selama 18 bulan pada tahun 1978. Pengalaman ini justru semakin menguatkan tekadnya untuk terus berjuang demi perubahan.
Econit: Wadah Kritik Kebijakan Ekonomi
Setelah menyelesaikan studi doktoralnya di Amerika Serikat, Rizal Ramli mendirikan Econit Advisory Group pada tahun 1992. Lembaga ini menjadi wadah baginya untuk mengkritisi kebijakan ekonomi pemerintah. Di era Orde Baru, Econit menjadi momok bagi pemerintah dengan berbagai kritiknya terhadap proyek-proyek kontroversial seperti Mobil Nasional, Pupuk Urea, dan Pertambangan Freeport. Rizal Ramli tidak pernah ragu untuk mengemukakan pandangan alternatifnya, meskipun hal tersebut sering kali tidak populer.
Also Read
Peran Strategis di Era Reformasi
Setelah Orde Baru tumbang, Rizal Ramli mendapat kesempatan untuk berkontribusi secara langsung dalam pemerintahan. Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menunjuknya sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) pada tahun 2000. Meskipun hanya menjabat selama 15 bulan, Rizal Ramli berhasil membawa Bulog mencatatkan keuntungan melalui berbagai terobosan.
Kiprahnya berlanjut dengan diangkatnya sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada Agustus 2000, menggantikan Kwik Kian Gie. Pada masa pemerintahan Gus Dur, ia juga sempat menjabat sebagai Menteri Keuangan sebelum akhirnya kembali ke posisinya sebagai Menko Perekonomian.
Pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo, Rizal Ramli kembali mendapat kepercayaan dengan diangkat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada 12 Agustus 2015. Namun, posisinya tersebut hanya bertahan selama satu tahun sebelum digantikan oleh Luhut Binsar Panjaitan.
Lebih dari Sekadar Ekonom
Rizal Ramli bukan hanya seorang ekonom yang pandai membaca angka dan data. Ia juga seorang intelektual yang memiliki pemikiran yang luas, berani, dan konsisten. Kepergiannya bukan hanya kehilangan bagi dunia ekonomi, tetapi juga bagi bangsa yang membutuhkan sosok pengkritik yang konstruktif dan berani. Rizal Ramli telah mewariskan semangat perlawanan terhadap ketidakadilan dan kecintaan pada tanah air yang patut kita teladani. Semangat kritisnya akan terus hidup, menginspirasi generasi penerus untuk terus berjuang demi Indonesia yang lebih baik.
Biodata Singkat Rizal Ramli:
- Wafat: Jakarta, 2 Januari 2024 (69 tahun)
- Penyebab: Kanker Pankreas
- Riwayat Pekerjaan:
- Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) (2000-2001)
- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (2000-2001)
- Menteri Keuangan (2001)
- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (2015-2016)