Dunia sepak bola kembali berduka. Kepergian Raphael Dwamena, pemain asal Ghana, pada 11 November 2023 lalu, menyisakan kesedihan mendalam bagi para penggemar. Bukan hanya karena bakatnya di lapangan hijau, tetapi juga karena perjuangannya melawan penyakit jantung yang merenggut nyawanya di usia muda.
Dwamena bukan sekadar nama dalam catatan statistik. Ia adalah representasi semangat dan dedikasi seorang atlet yang berjuang hingga akhir hayat. Bakatnya telah terlihat sejak usia dini, membawanya mengarungi kerasnya kompetisi sepak bola, dari level junior hingga panggung internasional.
Perjalanan karier Dwamena penuh warna. Bergabung dengan Red Bull Salzburg pada 2014 menjadi awal petualangannya di Eropa. Pengalaman pinjamannya di Liefering menempa dirinya, sebelum akhirnya ia menorehkan tinta emas bersama Austria Lustenau dengan 18 gol dalam 20 penampilan. Ketajamannya menarik perhatian FC Zurich, di mana ia kembali membuktikan kualitasnya dengan 21 gol dalam 51 pertandingan. Bahkan, ia sempat mencicipi atmosfer La Liga Spanyol bersama Levante pada 2018.
Also Read
Namun, sepak bola bagi Dwamena bukan sekadar tentang gol dan kemenangan. Di balik setiap pertandingan, ada perjuangan melawan penyakit jantung yang telah ia derita sejak 2017. Serangan jantung yang ia alami saat itu menjadi titik balik, mendorongnya untuk memasang implant cardioverter-defibrillator (ICD) pada 2021. Alat ini diharapkan dapat menjaga detak jantungnya tetap stabil. Namun takdir berkata lain, ia menghembuskan nafas terakhir di tengah lapangan saat membela klubnya, KF Egnatia di Liga Albania.
Kepergian Dwamena menggarisbawahi betapa rapuhnya kehidupan, bahkan bagi seorang atlet yang terlihat kuat dan prima. Ini juga menjadi pengingat bahwa di balik gemerlap sorotan, ada perjuangan dan pengorbanan yang tak selalu terlihat oleh mata. Semangat juang dan dedikasi Dwamena di lapangan hijau, serta ketegarannya menghadapi penyakit, patut menjadi inspirasi bagi kita semua.
Prestasi Dwamena tidak bisa diabaikan. Gelar Swiss Challenge League (2016-2017), Swiss Cup (2017-2018), dan Albanian Cup (2022-2023) adalah bukti bakat dan kerja kerasnya. Lebih dari itu, ia meninggalkan warisan berupa semangat pantang menyerah. Dwamena mungkin telah pergi, tetapi kisahnya akan terus hidup di hati para penggemar sepak bola. Ia adalah pahlawan di lapangan dan pejuang dalam hidup. Selamat jalan, Raphael Dwamena.