Belakangan ini, linimasa TikTok diramaikan dengan istilah "mask fishing". Bukan tentang memancing ikan dengan masker, melainkan sebuah fenomena yang cukup menarik perhatian, terutama di kalangan pengguna media sosial. Istilah ini memang tergolong baru, namun sudah cukup banyak dibicarakan dan bahkan menjadi tren di TikTok. Lantas, apa sebenarnya "mask fishing" itu?
Bukan Soal Ikan, Tapi soal Topeng Wajah
Jika kita menilik dari asal katanya, "mask fishing" terdiri dari dua kata bahasa Inggris, yaitu mask (masker) dan fishing (memancing). Namun, jangan tertipu dengan makna literalnya. "Mask fishing" justru mengacu pada sebuah fenomena di mana seseorang merasa lebih percaya diri dan menarik saat menggunakan masker. Istilah ini berakar dari istilah "catfishing", sebuah praktik penipuan daring dengan menggunakan identitas palsu melalui foto atau gambar orang lain.
Fenomena ini semakin populer sejak pandemi COVID-19 yang mengharuskan kita menggunakan masker sebagai salah satu upaya pencegahan penyebaran virus. Masker, yang awalnya berfungsi sebagai pelindung diri, kini justru dianggap sebagai "topeng" yang dapat menyembunyikan kekurangan pada wajah.
Also Read
Masker Sebagai ‘Penyelamat’ Penampilan?
Mengapa masker bisa menjadi begitu populer dalam konteks ini? Jawabannya sederhana: masker dapat menutupi bagian wajah yang dianggap kurang menarik. Bayangkan, dengan masker, jerawat yang meradang, noda hitam, atau bentuk wajah yang kurang proporsional bisa tersamarkan. Ini membuat seseorang merasa lebih percaya diri dan berani tampil di depan kamera, terutama saat membuat konten video di TikTok.
Lebih dari itu, "mask fishing" juga mencerminkan pergeseran standar kecantikan di era digital. Jika dulu orang berlomba-lomba untuk menunjukkan kesempurnaan wajah tanpa cela, kini masker justru memberikan kesempatan untuk menciptakan citra diri yang berbeda. Masker seolah memberikan efek filter instan, mengubah tampilan seseorang menjadi lebih menarik dan photogenic.
Efek Psikologis dan Dampak di Dunia Maya
Meski tampaknya sepele, fenomena "mask fishing" ini juga memiliki implikasi psikologis. Di satu sisi, masker bisa meningkatkan kepercayaan diri seseorang yang merasa kurang nyaman dengan penampilannya. Namun, di sisi lain, hal ini juga bisa memicu ketergantungan pada masker sebagai alat untuk menyembunyikan diri. Selain itu, ada juga risiko disappointment atau kekecewaan saat bertemu langsung dengan orang yang dikenal di media sosial saat ia tidak mengenakan masker.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bahwa "mask fishing" hanyalah sebuah tren dan bukan solusi untuk mengatasi masalah kepercayaan diri. Kecantikan sejati bukan hanya tentang penampilan fisik, tetapi juga tentang bagaimana kita menerima diri sendiri apa adanya. Penggunaan masker seharusnya tetap berlandaskan pada fungsi utamanya, yaitu melindungi diri dari penyakit, bukan sebagai "topeng" untuk menutupi kekurangan.
Menyikapi Tren dengan Bijak
Sebagai pengguna media sosial, kita perlu bijak dalam menyikapi berbagai tren yang muncul, termasuk "mask fishing". Jangan sampai terjebak dalam ilusi kecantikan palsu yang diciptakan oleh masker. Mari kita tetap menghargai keunikan dan perbedaan yang ada pada setiap individu. Lagipula, rasa percaya diri yang sesungguhnya berasal dari penerimaan diri, bukan dari topeng yang kita kenakan.