Kabar duka menyelimuti Pondok Pesantren Langitan, Tuban. Pengasuh pondok pesantren, KH Abdullah Munif Marzuqi, menghembuskan nafas terakhir di usia 69 tahun pada Kamis, 20 Juli 2023. Kepergian Kiai Munif, sapaan akrabnya, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar pesantren, para santri, dan masyarakat luas.
Lahir pada 23 Januari 1954, Kiai Munif merupakan putra dari KH Abdullah Faqih, tokoh sentral generasi kelima Ponpes Langitan. Ia melanjutkan estafet kepemimpinan sang ayah selama 11 tahun, sejak kepergian KH Abdullah Faqih pada 2012. Kiprahnya sebagai pengasuh pesantren tak hanya meneruskan tradisi keilmuan, tetapi juga dikenal karena kharisma dan kebijaksanaannya.
Kabar duka ini pertama kali berhembus dari Rumah Sakit Holistic Purwakarta, Jawa Barat, tempat Kiai Munif mengakhiri perjuangan hidupnya pada pukul 15.55 WIB. Ribuan pelayat, terdiri dari santri dan masyarakat sekitar, memadati prosesi pemakaman keesokan harinya, Jumat 21 Juli 2023. Jenazah Kiai Munif dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Langitan, yang terletak tak jauh dari Jalan Nasional Pantura Tuban.
Also Read
Kepergian Kiai Munif bukan sekadar kehilangan sosok pemimpin spiritual. Ia adalah simbol kesinambungan tradisi keilmuan pesantren Langitan. Lebih dari itu, Kiai Munif juga dikenal sebagai sosok yang dekat dengan masyarakat. Pembawaannya yang tenang, tutur katanya yang santun, dan kebijaksanaannya dalam menyelesaikan masalah, membuat ia begitu disegani dan dicintai.
Kepergian Kiai Munif di tengah usia senjanya menjadi pengingat akan perjalanan waktu. Ia telah menunaikan tugasnya dengan baik sebagai penerus ajaran dan tradisi pesantren. Warisannya tak hanya berupa bangunan pesantren yang kokoh, tetapi juga nilai-nilai luhur yang ia ajarkan. Kini, tongkat estafet kepemimpinan pesantren berada di pundak generasi selanjutnya. Tantangan yang ada di depan mata adalah bagaimana menjaga nilai-nilai dan tradisi yang telah ditanamkan Kiai Munif, sekaligus beradaptasi dengan perubahan zaman.
Masyarakat dan khususnya para santri Langitan kini berduka. Namun, kesedihan ini harus menjadi cambuk untuk terus belajar dan mengamalkan ilmu yang telah diajarkan. Kiai Munif telah pergi, tetapi semangat dan perjuangannya akan terus hidup dalam setiap langkah para santri dan masyarakat yang mencintainya. Pondok Pesantren Langitan dan sekitarnya kini melanjutkan hidup dengan membawa semangat dari pemimpin yang mereka cintai.