Shalat adalah tiang agama, dan bagi umat Muslim, mendalami ilmu shalat merupakan kewajiban sepanjang hayat. Selain shalat fardhu, shalat sunnah juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas ibadah kita. Salah satu jenis shalat sunnah yang perlu kita pahami adalah shalat sunnah rawatib. Namun, tahukah Anda bahwa shalat sunnah rawatib terbagi menjadi dua kategori: muakkad dan ghoiru muakkad? Mari kita selami perbedaan keduanya agar ibadah kita semakin bermakna.
Shalat Sunnah Rawatib: Pengiring Shalat Fardhu
Shalat sunnah rawatib adalah ibadah sunnah yang mengiringi shalat fardhu. Kehadirannya bagaikan pelengkap, menambah kesempurnaan shalat wajib yang kita lakukan. Shalat rawatib terbagi menjadi dua, qabliyah yang dilakukan sebelum shalat fardhu, dan ba’diyah yang dilakukan setelah shalat fardhu.
Muakkad: Sunnah yang Sangat Dianjurkan
Shalat sunnah muakkad adalah shalat sunnah yang sangat dianjurkan, bahkan Rasulullah SAW sangat jarang meninggalkannya. Ini menunjukkan betapa besar keutamaan shalat sunnah jenis ini. Terdapat perbedaan riwayat mengenai jumlah rakaat shalat sunnah rawatib muakkad, yaitu antara 10 dan 12 rakaat.
Also Read
Menurut riwayat dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW biasa mengerjakan 10 rakaat shalat sunnah rawatib muakkad, dengan rincian:
- 2 rakaat sebelum shalat Zhuhur
- 2 rakaat setelah shalat Zhuhur
- 2 rakaat setelah shalat Maghrib
- 2 rakaat setelah shalat Isya
- 2 rakaat sebelum shalat Subuh
Sementara itu, riwayat lain menyebutkan jumlahnya 12 rakaat. Hadis dari Tirmidzi menjelaskan bahwa barang siapa yang mengerjakan 12 rakaat shalat sunnah rawatib dalam sehari semalam, maka akan dibangunkan rumah di surga. Dua belas rakaat tersebut adalah:
- 4 rakaat sebelum shalat Zhuhur
- 2 rakaat setelah shalat Zhuhur
- 2 rakaat setelah shalat Maghrib
- 2 rakaat setelah shalat Isya
- 2 rakaat sebelum shalat Subuh
Para ulama menyimpulkan, Nabi SAW terkadang melaksanakan 10 rakaat, dan terkadang 12 rakaat. Jika sedang memiliki waktu luang dan semangat, kita bisa mengerjakan 12 rakaat. Namun jika sedang sibuk, 10 rakaat juga sudah mencukupi dan tetap mendapatkan keutamaan. Fleksibilitas ini menunjukkan bahwa agama Islam sangat memudahkan umatnya.
Ghoiru Muakkad: Sunnah yang Tidak Terlalu Ditekankan
Berbeda dengan muakkad, shalat sunnah ghoiru muakkad adalah shalat sunnah yang tidak terlalu ditekankan. Rasulullah SAW terkadang mengerjakan dan terkadang tidak. Shalat sunnah ghoiru muakkad ini meliputi:
- 2 rakaat sebelum shalat Ashar.
- 2 rakaat sebelum shalat Maghrib.
- 2 rakaat sebelum shalat Isya.
Perlu diperhatikan, beberapa ulama menyatakan bahwa riwayat 2 rakaat sebelum Ashar adalah riwayat yang lemah (syadz). Mereka cenderung pada pendapat bahwa yang lebih kuat adalah 4 rakaat sebelum Ashar. Namun, keutamaan melakukan shalat sunnah sebelum Ashar tetap ada.
Mengenai shalat sunnah sebelum Maghrib, Rasulullah SAW pernah menganjurkannya, namun kemudian beliau tidak terlalu menekankan agar tidak dianggap wajib oleh umatnya. Ini menunjukkan betapa bijaksananya Rasulullah dalam mengajarkan agama. Beliau sangat memperhatikan kemampuan umatnya, dan tidak ingin membebani mereka dengan sesuatu yang akan menyulitkan.
Perbedaan Mendasar: Tingkat Penekanan
Perbedaan utama antara shalat sunnah muakkad dan ghoiru muakkad terletak pada tingkat penekanannya. Muakkad sangat dianjurkan dan Rasulullah SAW hampir selalu melakukannya. Sementara ghoiru muakkad tidak terlalu ditekankan, Rasulullah SAW terkadang melakukannya dan terkadang tidak.
Lebih dari Sekadar Rakaat: Makna di Balik Sunnah Rawatib
Penting untuk diingat, shalat sunnah rawatib bukan hanya sekadar menambah jumlah rakaat shalat kita. Ia memiliki makna yang lebih dalam. Dengan mengerjakan shalat sunnah rawatib, kita menunjukkan kecintaan kita kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Kita juga berlatih untuk lebih khusyu’ dalam beribadah, serta mendekatkan diri kepada-Nya.
Dengan memahami perbedaan antara shalat sunnah muakkad dan ghoiru muakkad, kita bisa lebih bijak dalam mengamalkannya. Mari jadikan shalat sunnah rawatib sebagai bagian dari rutinitas ibadah kita, sebagai wujud ketaatan kita kepada Allah SWT. Semangat dalam menjalankan ibadah akan membawa kita pada keberkahan dan keridhaan-Nya.