Lagu "Haning," yang kini berseliweran di linimasa TikTok, bukan sekadar pengiring video joget atau konten lucu-lucuan. Di balik irama yang catchy dan aransemen yang beragam – mulai dari versi asli hingga remix koplo – tersembunyi narasi pedih tentang realita kehidupan yang pahit. Liriknya, yang dalam bahasa Dayak, ternyata menyimpan curahan hati seorang perempuan yang tengah berjuang dengan keras.
Bait demi bait lagu ini mengungkap kisah getir seorang individu yang terhimpit masalah ekonomi. "Sudah satu bulan ku nggak ada kerjaan, kadang satu hari cuma satu kali makan," demikian penggalan lirik yang mencerminkan betapa sulitnya mencari nafkah. Situasi ini diperparah dengan kesulitan mendapatkan pinjaman karena minimnya jaminan. Ia bahkan tak sanggup lagi membeli kebutuhan dasar seperti bedak atau gincu, simbol dari kebutuhan personal yang terabaikan di tengah kesulitan ekonomi.
Yang menarik, lagu ini tidak terjebak dalam ratapan semata. Ada nada kejujuran dan kepasrahan yang justru terasa kuat. Penggalan lirik, "Kar’na aku bukan cewek yang montok dan seksi," menyiratkan sebuah kesadaran diri tentang realitas sosial yang kerap kali menghakimi berdasarkan penampilan fisik. Di satu sisi, ini adalah bentuk penerimaan diri, namun di sisi lain juga terasa sebagai ungkapan keprihatinan atas standar kecantikan yang kerap kali menjadi penentu dalam berbagai aspek kehidupan.
Also Read
"Hidup cuma sekali," lirik ini pun seakan menjadi pengingat bahwa di tengah kesulitan, semangat untuk tetap bertahan harus terus digenggam. Lagu ini kemudian menjadi representasi dari suara kaum minoritas, khususnya perempuan, yang tengah berjuang di tengah kerasnya kehidupan. Ia menjadi narasi perlawanan terhadap ketidakadilan sosial dan ekonomi yang melanda.
Fenomena viralnya lagu "Haning" di TikTok bukan sekadar tren sesaat. Ia menjadi cerminan bagaimana musik, bahkan yang berbahasa daerah, dapat menjadi media untuk menyuarakan realita sosial. Ia membuka mata kita bahwa di balik setiap nada dan lirik, ada cerita dan perjuangan yang patut kita dengarkan dan pahami. Lagu ini adalah potret buram kondisi sosial yang masih perlu kita benahi bersama. Ia bukan sekadar backsound video TikTok, tetapi juga seruan untuk lebih peduli dan solider terhadap sesama.