Kisah Diah Risti Kusuma Putri, seorang wanita yang dulunya dikenal sebagai model majalah, kini tengah menjadi perbincangan hangat di jagat maya. Sebuah video yang diunggah di kanal YouTube Bang Brew TV memperlihatkan kondisi kehidupannya yang memprihatinkan. Diah, yang kini berusia 50 tahun, tinggal di sebuah rumah terbengkalai di kawasan Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara.
Video tersebut memperlihatkan rumah Diah yang tak terurus, tanpa aliran listrik, jauh dari kata layak huni. Kontras dengan masa lalunya sebagai model yang pernah menghiasi halaman majalah, Diah kini menjalani hari-harinya dalam kesederhanaan yang ekstrem. Ironisnya, ia pernah menikmati popularitas dan pundi-pundi rupiah dari dunia modeling saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Dalam pengakuannya di video tersebut, Diah mengungkapkan beberapa fakta mengejutkan. Ia mengaku pernah menempuh pendidikan di Universitas Atma Jaya, namun tidak sampai wisuda karena mendapatkan beasiswa ke Harvard University. Lebih lanjut, Diah juga menceritakan bahwa ia memiliki darah blasteran Eropa dari orang tuanya yang kini berada di luar negeri. Ia memilih tinggal di Indonesia bersama ayah angkatnya. Kisah asmaranya pun tak kalah berliku, dengan dua kali pernikahan yang berujung perceraian, serta seorang anak yang ia serahkan kepada orang lain.
Also Read
Meskipun demikian, berbagai pengakuan Diah tersebut menimbulkan tanda tanya. Beberapa netizen meragukan kebenaran cerita tentang beasiswa Harvard, mengingat kondisi kehidupannya yang kini sangat berbeda. Sebagian lainnya merasa iba dan bersimpati atas kesulitan hidup yang tengah dialami Diah.
Kisah Diah Risti Kusuma Putri menjadi pengingat akan kerasnya roda kehidupan. Bahwa gemerlap popularitas dan kemewahan dunia hiburan tidak menjamin seseorang terbebas dari kesulitan. Kisah ini juga membuka mata kita akan pentingnya perhatian dan kepedulian terhadap sesama, terutama mereka yang tengah berjuang dalam keterbatasan.
Perjalanan hidup Diah adalah cerminan bahwa kesuksesan dan kegagalan adalah dua sisi mata uang yang bisa terjadi pada siapa saja. Terlepas dari kebenaran cerita di baliknya, kisah Diah mengingatkan kita bahwa kemanusiaan adalah hal utama yang patut kita kedepankan. Di tengah hiruk pikuk dunia maya, ada kisah nyata yang perlu kita sentuh dengan empati dan kepedulian. Akankah ada uluran tangan yang tulus untuk membantu Diah bangkit dari keterpurukan? Mari kita nantikan bersama.