Isu miring kembali menghampiri keluarga Gen Halilintar. Kali ini, sorotan tajam tertuju pada ayah Atta Halilintar, Halilintar Anofial Asmid. Kabar yang beredar menyebutkan bahwa ia pernah terlibat dengan organisasi terlarang, Darul Arqam, sebuah kelompok yang sempat menggemparkan Malaysia. Hal ini pun memicu spekulasi mengenai alasan keluarga Gen Halilintar, kecuali Atta dan Thariq, enggan kembali ke Indonesia dalam kurun waktu yang cukup lama. Benarkah keterkaitan dengan Darul Arqam menjadi penyebabnya?
Publik mulai mempertanyakan absennya orang tua Atta, terutama di momen-momen penting seperti lamaran, pernikahan, hingga kelahiran cucu pertama. Ketidakhadiran mereka, ditambah dengan keberadaan Gen Halilintar yang terus berada di luar negeri, semakin memperkuat dugaan bahwa ada alasan kuat di balik keengganan mereka kembali ke tanah air.
Lalu, apa sebenarnya Darul Arqam itu? Organisasi yang didirikan oleh Syekh Ashaari atau Abuya ini, muncul pada tahun 1968 di Malaysia. Awalnya, Darul Arqam tampak sebagai gerakan dakwah yang mendorong anggotanya untuk berbisnis sesuai syariat agama. Namun, seiring waktu, ajaran kelompok ini dinilai menyimpang dari akidah-ahli sunnah wal jamaah. Pemerintah Malaysia bahkan resmi membubarkannya pada tahun 1994, setelah dianggap bertentangan dengan ajaran Islam yang benar.
Also Read
Salah satu ajaran yang dianggap sesat adalah pengakuan pendirinya, Syekh Ashaari, sebagai Bani Tamim atau pendamping Imam Mahdi. Klaim ini jelas bertentangan dengan keyakinan Islam yang lurus dan menjadi alasan utama pembubaran organisasi tersebut.
Isu keterkaitan ayah Atta Halilintar dengan Darul Arqam ini memang masih berupa dugaan. Namun, dampaknya cukup signifikan terhadap opini publik. Muncul pertanyaan, benarkah keterlibatan Anofial Asmid dengan Darul Arqam menjadi alasan kuat mengapa Gen Halilintar seolah menghindari Indonesia? Atau ada faktor lain yang lebih kompleks di balik keputusan mereka untuk menetap di luar negeri?
Terlepas dari kebenaran isu ini, kita perlu mengambil pelajaran penting. Kewaspadaan terhadap organisasi-organisasi yang menyimpang dari ajaran agama adalah hal yang mutlak. Mari kita terus berpegang pada Al-Quran dan hadis sebagai pedoman hidup, serta memperdalam pemahaman agama agar tidak mudah terjerumus dalam ajaran sesat. Kisah ini menjadi pengingat, bahwa kebenaran agama adalah hal yang paling utama dan harus terus kita jaga.
Kita berharap keluarga Gen Halilintar, termasuk ayah Atta, dapat memberikan klarifikasi terkait isu yang beredar ini. Dengan demikian, publik dapat memperoleh informasi yang akurat dan tidak lagi berspekulasi. Bagaimanapun, kita semua berharap mereka bisa segera kembali berkumpul dengan keluarga di Indonesia.