Halo, Moms! Pernah dengar tentang Tapak Suci? Mungkin sebagian dari kita familiar dengan gerakan silat yang gagah ini, tapi tahukah Moms, Tapak Suci bukan sekadar seni bela diri biasa? Ia adalah bagian integral dari organisasi Muhammadiyah, lahir dari semangat pembaharuan Islam, dan memiliki peran ganda yang unik. Yuk, kita telaah lebih dalam!
Tapak Suci: Akar Sejarah dan Identitas Muhammadiyah
Tapak Suci Putera Muhammadiyah, atau yang akrab kita sebut Tapak Suci, adalah perguruan pencak silat yang resmi bernaung di bawah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Fakta ini menempatkan Tapak Suci sebagai salah satu dari 10 perguruan silat bersejarah yang berkontribusi besar dalam perkembangan IPSI. Namun, ada yang lebih dari itu. Tapak Suci adalah representasi nyata nilai-nilai Islam dalam aksi nyata.
Berdiri pada 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta, Tapak Suci memiliki motto yang sangat mendalam: "Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, tanpa Iman dan akhlak saya menjadi lemah." Motto ini bukan sekadar slogan, tapi cerminan dari landasan filosofis Tapak Suci yang berakar pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ia bukan sekadar bela diri fisik, tapi juga pendidikan karakter dan spiritualitas.
Also Read
Lebih dari Sekadar Bela Diri: Peran Ganda Tapak Suci
Tapak Suci tidak hanya fokus pada teknik dan gerakan pencak silat. Ia juga memiliki peran strategis dalam dakwah dan pergerakan Muhammadiyah. Tapak Suci menjadi wadah untuk mencetak kader-kader Muhammadiyah yang tangguh secara fisik, mental, dan spiritual. Melalui latihan dan disiplin yang diterapkan, Tapak Suci membantu membentuk karakter yang kuat, berakhlak mulia, dan memiliki semangat pengabdian pada agama dan masyarakat.
Keunikan lainnya, meskipun Tapak Suci berafiliasi dengan Muhammadiyah, keanggotaannya terbuka untuk siapa saja, tanpa memandang agama. Ini menunjukkan bahwa Tapak Suci menjunjung tinggi nilai persaudaraan dan inklusivitas. Saat ini, Pimpinan Pusat Tapak Suci diketuai oleh Afnan Hadikusumo, dan berkantor pusat di Kauman, Yogyakarta, dengan kantor perwakilan di ibu kota.
Lahir dari Spirit Pembaharuan: Perjalanan Panjang Tapak Suci
Perjalanan Tapak Suci tidak lepas dari sejarah panjang pergulatan pemikiran dan pembaharuan dalam Muhammadiyah. Jauh sebelum Tapak Suci berdiri, di Kauman, Yogyakarta, berkembang aliran pencak silat yang bercampur dengan unsur mistis. Hal ini memicu keprihatinan anggota Muhammadiyah yang merasa bahwa praktik-praktik ini bertentangan dengan ajaran Islam yang murni.
Di sinilah peran penting KH. Busyro Syuhada, seorang tokoh yang memiliki pengalaman panjang dalam dunia pencak silat. Beliau memberikan restu kepada A. Dimyati dan M. Wahib untuk membuka perguruan pencak silat yang terbebas dari unsur mistis. Pada tahun 1925, mereka mendirikan Perguruan Pencak Silat Cikauman.
Dari Cikauman, lahir tokoh-tokoh pencak silat yang berjasa mengembangkan jurus-jurus baru, seperti Empu Syamsuddin yang mengembangkan aliran Siranoman. Kemudian, muncul M. Zahid dan muridnya, Moh. Barrie Irsyad, yang mendirikan Perguruan KASEGU. Perguruan ini menggunakan senjata khas berlafal Muhammad, simbolisasi dari semangat Islam dalam Tapak Suci.
Mengapa Tapak Suci Relevan di Era Sekarang?
Di tengah gempuran budaya asing dan degradasi moral, Tapak Suci hadir sebagai oase pembentukan karakter dan nilai-nilai luhur. Lebih dari sekadar olahraga, Tapak Suci menanamkan nilai-nilai persaudaraan, disiplin, dan tanggung jawab. Ia juga mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang kuat, baik secara fisik maupun spiritual.
Tapak Suci adalah wujud nyata bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan. Ia adalah warisan berharga yang patut kita jaga dan lestarikan. Semoga kita semua bisa mengambil inspirasi dari semangat dan nilai-nilai yang terkandung dalam Tapak Suci.
Semoga artikel ini bermanfaat ya, Moms! Sampai jumpa di artikel selanjutnya!