Tangerang Selatan, kota yang kini ramai dan berkembang pesat, ternyata menyimpan sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri. Berada di jantung metropolitan Jakarta Raya, kota ini bukan hanya sekadar satelit ibukota, tetapi juga memiliki identitas dan dinamika perkembangannya sendiri. Yuk, kita telaah lebih dalam mengenai sejarah pembentukan, lika-liku pemekaran, hingga sosok-sosok yang memimpin kota ini.
Dari Keresidenan Batavia hingga Menjadi Kota Otonom
Sebelum menjadi kota mandiri, Tangerang Selatan merupakan bagian dari keresidenan Batavia pada masa kolonial Belanda. Keragaman etnis menjadi ciri khas wilayah ini, dengan dominasi suku Betawi, Sunda, dan Tionghoa yang berbaur membentuk keunikan budaya lokal.
Perkembangan signifikan dimulai pada awal tahun 2000-an. Masyarakat saat itu merasakan adanya ketidakmerataan perhatian dari pemerintah Kabupaten Tangerang, terutama dalam penyediaan fasilitas publik yang memadai. Kondisi ini memicu munculnya aspirasi kuat untuk meningkatkan kesejahteraan dan mendapatkan perhatian yang lebih baik.
Also Read
Melalui serangkaian diskusi dan perundingan, akhirnya disusunlah Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 yang menjadi tonggak sejarah berdirinya Kota Tangerang Selatan. UU ini secara resmi disahkan pada tanggal 26 November 2008, menandai lahirnya sebuah entitas otonom yang mandiri. Pemekaran ini menjadi bukti bahwa aspirasi masyarakat, jika diperjuangkan dengan solid, dapat menjadi kekuatan pembentuk perubahan.
Momentum penting lainnya terjadi pada tanggal 27 Desember 2006, ketika DPRD Kabupaten Tangerang menyetujui pembentukan Kota Tangerang Selatan yang mencakup 7 kecamatan. Kecamatan Ciputat kemudian dipilih sebagai pusat pemerintahan. Pemerintah Kabupaten Tangerang bahkan mengucurkan dana awal sebesar 20 miliar rupiah untuk membiayai operasional kota baru ini selama tahun pertama. Ini menunjukkan komitmen dan dukungan yang kuat terhadap kemajuan Tangerang Selatan.
Puncak dari proses pemekaran terjadi pada 29 Oktober 2008. Menteri Dalam Negeri saat itu, Mardiyanto, secara resmi mengesahkan pembentukan Kota Tangerang Selatan. Tanggal ini bukan hanya sekadar seremonial, melainkan awal dari perjalanan panjang Kota Tangerang Selatan sebagai daerah otonom yang mandiri.
Menelisik Para Pemimpin Kota
Setelah resmi berdiri, Kota Tangerang Selatan dipimpin oleh sejumlah tokoh yang berperan penting dalam arah pembangunannya. Jabatan wali kota juga diisi oleh beberapa penjabat sementara. Berikut adalah daftar wali kota dan penjabat sementara Kota Tangerang Selatan:
- Wali Kota Definitif:
- Periode Jabatan: 20 April 2011 – 20 April 2016
- Periode Jabatan: 20 April 2016 – 20 April 2021
- Periode Jabatan: 26 April 2021 – Sekarang
- Penjabat Sementara:
- Mohammad Shaleh (Penjabat Sementara): 24 Januari 2009 – 18 Juli 2010
- Hidayat Djohari (Penjabat): 24 Januari 2011 – 20 April 2011
- Bambang Noertjahjo (Pelaksana Harian): 20 April 2021 – 26 April 2021
Setiap pemimpin, baik definitif maupun sementara, memiliki peran dan kontribusi masing-masing dalam membentuk wajah Tangerang Selatan saat ini. Mereka bertanggung jawab atas pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas layanan publik, serta perumusan kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Masa Depan Tangerang Selatan
Seiring berjalannya waktu, Tangerang Selatan terus berkembang menjadi kota yang modern dan dinamis. Pemekaran kota bukan hanya sekadar perubahan administratif, tetapi juga merupakan sebuah proses transformasi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Kini, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga momentum pertumbuhan ini agar tetap berkelanjutan dan inklusif.
Sejarah pembentukan Kota Tangerang Selatan adalah pengingat bahwa kemajuan sebuah daerah tidak bisa lepas dari peran serta aktif masyarakat dan kepemimpinan yang visioner. Semoga ke depannya, Tangerang Selatan terus berkembang menjadi kota yang lebih baik, tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam kualitas hidup warganya.