Runtuhnya imperium Majapahit di abad ke-15, bukan hanya sekadar akhir dari sebuah era, melainkan juga awal dari babak baru yang mengubah lanskap politik dan agama di Jawa. Di tengah kemelut dan konflik internal Majapahit, muncullah Kerajaan Demak, sebuah entitas politik yang tidak hanya menjadi penerus kekuasaan, tetapi juga pionir penyebaran agama Islam di pulau ini. Kisah berdirinya Demak adalah narasi tentang ambisi, strategi, dan keyakinan yang berpadu membentuk sejarah.
Raden Patah, putra Prabu Brawijaya (raja terakhir Majapahit), adalah figur sentral dalam pendirian Demak. Bukan hanya karena garis keturunannya, tetapi juga karena keputusannya untuk meninggalkan istana dan merantau ke arah barat atas saran gurunya, Sunan Ampel. Keputusan ini menandai pergeseran orientasi politik dan agama. Demak, yang awalnya hanya sebuah wilayah perantauan, bertransformasi menjadi pusat kekuatan baru yang dipimpin oleh Raden Patah.
Proses pendirian Demak tidaklah mudah. Raden Patah, dengan dukungan para wali (Wali Sanga), tidak hanya membangun basis sosial dan politik, tetapi juga harus berhadapan dengan sisa-sisa kekuatan Majapahit. Pertempuran sengit antara pasukan Raden Patah dan Majapahit menjadi penanda penting dalam sejarah Jawa. Kemenangan Raden Patah dalam pertempuran tersebut tidak hanya mengukuhkan Demak sebagai kerajaan baru, tetapi juga melambangkan berakhirnya dominasi Hindu-Buddha di Jawa dan dimulainya era Islam.
Also Read
Raden Patah tidak berhenti pada kemenangan militer. Ia mengkonsolidasi kekuasaannya dengan membangun Masjid Agung Demak, sebuah simbol penting dari kerajaan Islam pertama di Jawa. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan dakwah. Keberadaan masjid ini mengukuhkan identitas Demak sebagai kerajaan Islam yang kuat dan berpengaruh.
Setelah Raden Patah wafat, tampuk kekuasaan beralih kepada putranya, Adipati Unus. Namun, kepemimpinannya tidak bertahan lama karena ia gugur dalam pertempuran. Selanjutnya, Sultan Trenggono naik tahta dan membawa Demak menuju puncak kejayaannya. Di bawah kepemimpinannya, penyebaran agama Islam meluas hingga ke timur dan barat Jawa. Trenggono juga berhasil menaklukkan pasukan Portugis, sebuah pencapaian yang menunjukkan kekuatan militer dan geopolitik Demak pada masanya.
Sayangnya, kejayaan Demak tidak bertahan selamanya. Kepergian Trenggono dalam pertempuran di Pasuruan membuka jalan bagi perebutan kekuasaan. Konflik internal antara Pangeran Surowiyoto dan Sunan Prawoto, putra Trenggono, menggerogoti stabilitas kerajaan. Puncak konflik adalah terbunuhnya Surowiyoto oleh Sunan Prawoto, dan kemudian, Sunan Prawoto juga menjadi korban pembunuhan oleh pengikut Pangeran Arya Penangsang.
Kisah Kerajaan Demak adalah gambaran dinamika politik dan agama di Jawa pada abad ke-15 dan 16. Berawal dari kemunduran sebuah imperium, lahirlah sebuah kekuatan baru yang mengubah wajah Jawa. Perjuangan, ambisi, dan konflik internal menjadi bumbu dalam perjalanan panjang Demak. Warisan Demak bukan hanya pada jejak sejarahnya, tetapi juga pada fondasi agama Islam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Jawa hingga hari ini.