Mohammad Yamin, nama yang tak asing dalam sejarah perjuangan Indonesia, bukan sekadar pahlawan nasional. Ia adalah sosok multidimensi: seorang budayawan, aktivis hukum, sastrawan, dan pemikir ulung yang turut meletakkan fondasi negara ini. Lahir di Sawahlunto, Sumatera Barat pada 24 Agustus 1903, jejak hidupnya adalah cerminan semangat zaman dan kontribusi besar bagi bangsa.
Yamin muda tumbuh dengan pendidikan yang membekalinya dengan wawasan luas. Mulai dari Hollands Indlandsche School (HIS), sekolah guru, Sekolah Pertanian Bogor, Sekolah Dokter Hewan Bogor, AMS, hingga Reeht Hogeschool (Sekolah Kehakiman) di Jakarta, semua ditempuhnya. Pendidikan ini membentuknya menjadi pribadi yang kritis dan berpengetahuan, siap menghadapi tantangan zaman.
Kiprahnya tak hanya terbatas di bangku sekolah. Yamin aktif dalam pergerakan kemerdekaan. Ia tercatat sebagai anggota Partai Indonesia (Partindo) pada tahun 1931 dan mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia. Keaktifannya ini menunjukkan komitmennya terhadap kemerdekaan Indonesia. Ia juga dipercaya menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), sebuah badan yang sangat vital di awal kemerdekaan. Bahkan, Yamin pernah menduduki posisi strategis sebagai Ketua Dewan Perancang Nasional (1962) dan Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962), yang membuktikan perannya dalam pembangunan negara.
Also Read
Kecerdasan Yamin dalam merangkai kata juga tercermin dalam karya-karyanya. Sejak tahun 1920-an, ia telah menulis dan menerbitkan karyanya di berbagai jurnal, termasuk Jong Sumatera. Ia bukan hanya sekadar penulis, tetapi juga pelopor puisi modern di Indonesia. Karya-karya sejarah dan sastranya seperti Gajah Mada dan Tan Malaka menjadi warisan berharga bagi bangsa.
Namun, puncak kontribusi Yamin adalah perannya dalam perumusan dasar negara. Sebagai anggota BPUPKI dan panitia sembilan, ia turut serta dalam melahirkan Piagam Jakarta yang menjadi cikal bakal UUD 1945 dan Pancasila. Kiprahnya dalam meletakkan dasar ideologi bangsa ini menjadikannya sosok yang tak tergantikan. Ia bukan hanya seorang pejuang kemerdekaan, tetapi juga arsitek ideologis yang membentuk identitas keindonesiaan.
Meskipun telah berpulang pada 17 Oktober 1962 di Jakarta, di tengah kesibukannya sebagai Menteri Penerangan, warisan Moh. Yamin tetap hidup. Ia dianugerahi gelar pahlawan nasional pada tahun 1973, berdasarkan SK Presiden RI No. 088/TK/1973. Tak hanya itu, ia juga menerima tanda penghargaan dari Corps Polisi Militer atas karyanya menciptakan lambang Gajah Mada dan Panca Darma Corps.
Mohammad Yamin adalah contoh nyata bahwa pendidikan dan semangat perjuangan dapat menghasilkan kontribusi yang luar biasa bagi bangsa. Ia bukan hanya sekadar tokoh dalam buku sejarah, tetapi inspirasi bagi generasi kini dan mendatang. Kisah hidup dan karya-karyanya menjadi pengingat akan pentingnya pemikiran kritis, semangat persatuan, dan kecintaan pada bangsa. Jejaknya adalah warisan berharga yang patut kita teladani dan teruskan. Yamin, bukan hanya nama di prasasti, tetapi semangat yang terus menyala dalam jiwa Indonesia.