Tahun 1998 menjadi babak penting dalam sejarah Indonesia. Reformasi, sebuah gerakan yang menggema di seluruh negeri, berhasil meruntuhkan rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama tiga dekade. Namun, di balik gelombang perubahan itu, ada sosok yang tak boleh dilupakan: mahasiswa. Merekalah penggerak utama, pelopor perubahan yang berani menyuarakan ketidakadilan dan membawa Indonesia ke era yang lebih demokratis.
Orde Baru dan Luka yang Membara
Kepemimpinan Soeharto, yang awalnya diharapkan membawa stabilitas, justru menjelma menjadi rezim otoriter. Praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) merajalela, melumpuhkan perekonomian negara. Belum lagi pelanggaran HAM yang tak terhitung jumlahnya, serta kebijakan politik yang menindas. Masyarakat merasa tercekik, kebebasan berpendapat dibungkam, dan ketidakadilan menjadi pemandangan sehari-hari.
Kondisi inilah yang memicu bara perlawanan. Mahasiswa, sebagai kaum intelektual muda yang idealis, merasa terpanggil untuk bertindak. Mereka melihat ketimpangan yang terjadi, merasakan penderitaan rakyat, dan menyadari bahwa ada sesuatu yang harus diubah.
Also Read
Peran Sentral Mahasiswa dalam Mengguncang Rezim
Gerakan mahasiswa bukan muncul tiba-tiba. Jauh sebelum 1998, mahasiswa telah aktif mengkritisi kebijakan pemerintah Orde Baru. Mereka menyuarakan ketidakpuasan atas dominasi ekonomi oleh segelintir pihak, praktik kecurangan dalam pemilu, serta proyek-proyek mercusuar yang dianggap menghamburkan uang rakyat.
Peristiwa Malari 1974 menjadi salah satu titik penting yang menunjukkan keberanian mahasiswa. Namun, respons pemerintah justru represif, membungkam kebebasan berpendapat, dan memasukkan militer ke dalam kampus-kampus. Pemerintah mencoba mematahkan semangat mahasiswa dengan berbagai kebijakan, seperti NKK/BKK yang membatasi kegiatan politik mahasiswa, pembekuan Dewan Mahasiswa, hingga penangkapan aktivis.
Namun, semua upaya itu sia-sia. Mahasiswa tak menyerah. Mereka terus bergerak, membentuk kelompok studi, menggalang kekuatan, dan pada akhirnya, menjelma menjadi motor penggerak reformasi 1998.
Tuntutan Reformasi: Harapan Baru bagi Indonesia
Puncak perlawanan mahasiswa terjadi pada 1998. Mereka turun ke jalan, menyerukan tuntutan yang sangat jelas: menggulingkan Soeharto dan mengakhiri rezim Orde Baru. Enam tuntutan reformasi yang digaungkan menjadi harapan baru bagi Indonesia:
- Mengadili Soeharto dan kroninya yang terbukti melakukan KKN.
- Amandemen UUD 1945 untuk menghapus pasal-pasal yang dianggap represif dan tidak demokratis.
- Menghapus dwifungsi ABRI agar militer kembali ke barak dan tidak terlibat dalam politik praktis.
- Otonomi daerah yang lebih luas agar daerah memiliki kewenangan lebih dalam mengatur wilayahnya.
- Menegakkan supremasi hukum agar hukum menjadi panglima dan keadilan bisa ditegakkan.
- Menciptakan pemerintahan yang bersih, bebas dari praktik KKN.
Tuntutan ini bukan sekadar ungkapan emosi. Lebih dari itu, tuntutan ini adalah cerminan dari harapan masyarakat akan Indonesia yang lebih baik, lebih demokratis, dan lebih adil.
Lebih dari Sekadar Pergantian Rezim
Reformasi 1998 bukan hanya soal mengganti pemimpin atau mengubah sistem pemerintahan. Lebih dari itu, reformasi adalah tentang mengubah paradigma, tentang membangun kembali sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara yang sempat rusak di masa lalu.
Peran mahasiswa dalam menggerakkan reformasi sangatlah vital. Merekalah yang menjadi penyambung lidah rakyat, penyemangat perjuangan, dan penjaga idealisme. Tanpa keberanian dan kegigihan mereka, mungkin Indonesia tidak akan pernah mencapai kemajuan demokrasi seperti saat ini.
Refleksi untuk Masa Depan
Reformasi 1998 memang telah berlalu, tapi semangatnya harus terus menyala. Perjuangan untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur tidak boleh berhenti. Generasi muda saat ini perlu belajar dari sejarah, meneladani semangat perjuangan mahasiswa 1998, dan terus berkontribusi untuk kemajuan bangsa.
Mahasiswa, sebagai agen perubahan, harus terus mengasah intelektualitas, berani mengkritisi, dan tidak pernah berhenti menyuarakan kebenaran. Mereka harus menjadi pelopor, bukan hanya penerus. Karena, masa depan bangsa ada di tangan mereka.