Siapa yang tak kenal sosok Ki Hajar Dewantara? Namanya begitu lekat dengan dunia pendidikan Indonesia. Namun, tahukah kamu mengapa beliau begitu diagungkan dan dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional? Mari kita selami lebih dalam jejak langkah dan pemikiran tokoh besar ini.
Bukan tanpa alasan gelar Bapak Pendidikan Nasional disematkan pada Ki Hajar Dewantara. Jasa-jasanya dalam memajukan pendidikan di Indonesia sangatlah besar dan membekas hingga kini. Di tengah keterbatasan akses pendidikan pada masa penjajahan, Ki Hajar Dewantara hadir sebagai pembaharu. Beliau tak hanya prihatin, namun juga berani mengambil tindakan nyata demi mencerdaskan anak bangsa.
Gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada pada 1956 menjadi bukti pengakuan atas dedikasi beliau. Yang lebih istimewa, tanggal kelahirannya, 2 Mei, kini kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sebuah penghormatan yang sangat layak bagi seorang pejuang pendidikan.
Also Read
Taman Siswa: Benteng Pendidikan Pribumi
Salah satu tonggak penting perjuangan Ki Hajar Dewantara adalah pendirian Nationaal Onderwjis Instituut Taman Siswa pada tahun 1922. Bersama Douwess Dekker dan Cipto Mangunkusumo, beliau mendirikan sekolah yang fokus pada pendidikan untuk masyarakat pribumi. Taman Siswa bukan sekadar sekolah, melainkan simbol perlawanan terhadap sistem pendidikan kolonial yang diskriminatif. Melalui Taman Siswa, beliau menanamkan semangat nasionalisme dan kemandirian pada generasi muda.
Semboyan Pendidikan yang Menginspirasi
Kita tentu tak asing dengan semboyan "Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". Semboyan ini bukan sekadar kata-kata indah, melainkan filosofi pendidikan yang sangat mendalam. Maknanya, seorang pendidik harus mampu memberi contoh yang baik, membangkitkan semangat, dan memberikan dorongan kepada peserta didiknya. Semboyan ini terus relevan dan menjadi pedoman dalam dunia pendidikan Indonesia hingga saat ini.
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat Menjadi Ki Hajar Dewantara
Lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta, Ki Hajar Dewantara awalnya bernama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau tumbuh besar dalam lingkungan keraton, namun hatinya lebih terpanggil pada perjuangan pendidikan. Pada usia 40 tahun, beliau mengganti namanya dan menanggalkan gelar kebangsawanannya. Langkah ini mencerminkan komitmen beliau untuk mengabdikan diri sepenuhnya pada perjuangan bangsa, tanpa memandang status sosial.
Pendidikan formalnya sempat terhenti karena kondisi kesehatan. Namun, hal ini tak memadamkan semangat beliau untuk terus belajar dan berkarya. Beliau wafat pada 26 April 1959 dan dimakamkan di Tanah Wijaya Brata, meninggalkan warisan berharga bagi dunia pendidikan Indonesia.
Lebih dari Sekadar Bapak Pendidikan
Ki Hajar Dewantara bukan hanya seorang bapak pendidikan, beliau adalah seorang revolusioner, seorang humanis, dan seorang visioner. Pemikiran dan perjuangannya terus menginspirasi kita untuk terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Jasa-jasanya tak akan pernah terlupakan, dan semangatnya akan terus membara dalam setiap langkah kita membangun bangsa.
Mari kita teruskan cita-cita luhur Ki Hajar Dewantara, menjadikan pendidikan sebagai kunci kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Karena pendidikan adalah hak setiap anak bangsa, dan tugas kita semua untuk mewujudkannya.