Bissu dan Calabai: Lebih dari Sekadar Gender di Tanah Bugis

Sarah Oktaviani

Remaja & Pendidikan

Di tengah hiruk pikuk modernitas, tradisi luhur masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan masih menyimpan kekayaan budaya yang tak lekang oleh waktu. Salah satu aspek yang menarik perhatian adalah keberadaan Bissu dan Calabai, dua identitas gender yang unik dan memiliki peran penting dalam sejarah dan kehidupan sosial masyarakat Bugis. Lebih dari sekadar kategori "pria" atau "wanita," mereka mewakili spektrum gender yang kompleks dan mencerminkan pandangan dunia yang kaya.

Bissu, yang dalam bahasa Bugis berarti "bersih," bukanlah sekadar pemimpin ritual biasa. Mereka dianggap sebagai sosok suci, tidak berdarah layaknya perempuan, dan dipercaya sebagai anugerah dari dewata. Di masa kejayaan kerajaan Bone pra-Islam, Bissu menduduki posisi terhormat sebagai penasihat spiritual kerajaan. Mereka juga menjadi penjaga pusaka kerajaan, penghubung antara manusia dan dewa langit serta dewa bawah laut. Peran mereka bukan hanya sebatas seremonial, tetapi juga sebagai simbol keseimbangan dan harmoni antara dunia manusia dan dunia spiritual.

Keunikan Bissu terletak pada identitas gender mereka yang menyatukan maskulinitas dan feminitas. Hal ini mengingatkan kita bahwa gender tidak selalu bersifat biner, melainkan bisa berbentuk spektrum yang beragam. Konsep ini semakin diperkuat dengan keberadaan Calabai, sebutan bagi laki-laki yang mengadopsi peran gender perempuan. Mereka mengenakan pakaian perempuan, memanjangkan rambut, dan seringkali bekerja di bidang yang dianggap feminin, seperti salon kecantikan.

Namun, Calabai bukanlah sekadar laki-laki yang berdandan seperti perempuan. Mereka menunjukkan perilaku feminin yang khas, seperti cara berpakaian yang berani dan gaya bicara yang ekspresif. Dalam upacara pernikahan, Calabai sering kali berperan aktif dalam perencanaan dan pelaksanaan acara. Mereka bukan sekadar penampil, tetapi juga bagian integral dari perayaan tersebut.

Meskipun di beberapa tempat pandangan terhadap Calabai dan Calalai (perempuan yang mengadopsi peran gender laki-laki) mungkin tidak sepenuhnya diterima, secara umum masyarakat Bugis menunjukkan toleransi yang tinggi. Mereka bahkan dianggap memiliki peran penting dalam kehidupan sosial, seperti menjadi penata rias, perencana acara, atau bahkan menjadi penghibur dalam berbagai perayaan. Keberadaan mereka bukan hanya sekadar diterima, tetapi juga dihargai sebagai bagian dari keragaman dan kekayaan budaya Bugis.

Kehadiran Bissu dan Calabai memberikan perspektif baru tentang gender. Mereka membuktikan bahwa gender bukan sekadar label, melainkan identitas yang kompleks dan dinamis. Masyarakat Bugis mengajarkan kita bahwa keberagaman gender adalah bagian alami dari kehidupan dan seharusnya dirayakan, bukan dikucilkan. Kisah Bissu dan Calabai menjadi pengingat bahwa ada banyak cara untuk menjadi manusia, dan setiap cara memiliki nilai dan maknanya tersendiri. Di tengah tantangan zaman, tradisi ini mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan dan merangkul keberagaman sebagai sumber kekuatan.

Baca Juga

9 Negara Paling Dibenci di Dunia: Konflik, Sejarah Kelam, hingga Isu Sosial

Dea Lathifa

Setiap negara, layaknya individu, memiliki sisi yang disukai dan tidak disukai. Namun, ada beberapa negara yang tampaknya lebih sering menjadi ...

10 Rekomendasi Celana Dalam Pria Terbaik: Nyaman, Berkualitas, dan Harga Terjangkau

Husen Fikri

Bingung memilih hadiah untuk pria tersayang? Jangan khawatir, celana dalam bisa menjadi pilihan yang tepat! Selain berfungsi sebagai pakaian dalam, ...

Arya Mohan: Dari Anak Sekolah Gemas Hingga Bodyguard Jahil di Private Bodyguard

Sarah Oktaviani

Aktor muda Arya Mohan kini tengah mencuri perhatian publik lewat perannya sebagai Helga dalam serial "Private Bodyguard". Kemunculannya menambah daftar ...

Somebody Pleasure Aziz Hendra, Debut yang Mengoyak Hati Lewat Nada

Maulana Yusuf

Lagu "Somebody Pleasure" dari Aziz Hendra mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, di kalangan pengguna TikTok, lagu ini ...

Daftar Lengkap Hari Penting Nasional dan Internasional Bulan Juni: Ada Apa Saja?

Dian Kartika

Bulan Juni hadir dengan beragam peringatan penting, baik di tingkat nasional maupun internasional. Deretan hari-hari besar ini bukan sekadar penanda ...

Musik DJ Paling Enak Didengar: Sensasi 2024 dengan Sentuhan Remix Lokal

Maulana Yusuf

Musik DJ terus berevolusi, dan di tahun 2024 ini, trennya semakin menarik untuk diikuti. Jika di tahun-tahun sebelumnya kita disuguhi ...

Tinggalkan komentar