Waspada! 3 Fase Penyakit Kawasaki pada Anak: Gejala, Risiko, dan Cara Deteksinya

Maulana Yusuf

Parenting

Demam tinggi berhari-hari pada anak bukan sekadar flu biasa. Hati-hati, bisa jadi itu pertanda Penyakit Kawasaki, kondisi langka yang menyerang pembuluh darah dan mengancam kesehatan jantung buah hati Anda. Sebagai orang tua, tentu kita ingin sigap mengenali tanda-tandanya agar anak mendapatkan penanganan medis secepatnya. Mari kita bedah lebih dalam tentang penyakit yang kerap menghantui anak-anak, khususnya di Asia ini.

Mengenal Penyakit Kawasaki: Lebih dari Sekadar Ruam

Penyakit Kawasaki, atau dikenal juga sebagai Mucocutaneous Lymph Node Syndrome, adalah penyakit inflamasi yang menyerang pembuluh darah. Lebih spesifik lagi, penyakit ini dapat menyebabkan peradangan pada arteri, vena, dan kapiler. Tidak hanya itu, kelenjar getah bening dan bahkan jantung pun bisa terdampak. Penyakit ini memang lebih sering menyerang bayi dan anak-anak, bahkan menjadi salah satu pemicu masalah jantung pada kelompok usia ini.

3 Fase Tanda Penyakit Kawasaki pada Anak: Kenali Gejalanya

Gejala penyakit Kawasaki tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan bertahap. Biasanya, gejala ini lebih sering muncul di pertengahan musim panas di beberapa negara Asia. Berikut adalah 3 fase tanda penyakit Kawasaki pada anak yang perlu Anda waspadai:

Fase 1 (Akut): Demam dan Gejala Awal

Fase ini ditandai dengan:

  • Demam Tinggi: Demam mencapai 39 derajat Celcius atau lebih dan berlangsung selama minimal 5 hari.
  • Ruam Kulit: Muncul ruam pada berbagai bagian tubuh, termasuk area kelamin.
  • Pembengkakan Kelenjar Getah Bening: Kelenjar getah bening di leher dan area tubuh lainnya membengkak.
  • Mata Merah: Mata tampak sangat merah, tanpa adanya kotoran mata.
  • Perubahan pada Mulut: Bibir menjadi merah, kering, dan pecah-pecah. Lidah tampak berbintik-bintik seperti buah strawberry.
  • Perilaku Rewel: Anak menjadi lebih rewel, mudah marah, dan sulit ditenangkan.
  • Pembengkakan pada Tangan dan Kaki: Tangan dan kaki anak mengalami pembengkakan dan kemerahan.

Fase 2 (Subakut): Pengelupasan Kulit

Fase ini biasanya terjadi sekitar 2 minggu setelah demam pertama kali muncul. Gejala utamanya adalah:

  • Pengelupasan Kulit: Kulit tangan dan kaki mulai mengelupas, terutama pada ujung jari tangan dan kaki. Kulit yang mengelupas biasanya berukuran besar.

Fase 3 (Penyembuhan): Pemulihan atau Komplikasi

Di fase ini, tanda dan gejala akan perlahan menghilang. Namun, komplikasi bisa saja terjadi dan memerlukan waktu hingga 8 minggu atau lebih agar kondisi anak kembali normal.

Penyakit Kawasaki dan Dampaknya pada Jantung

Penting untuk diketahui bahwa Penyakit Kawasaki adalah salah satu penyebab utama serangan jantung pada anak-anak. Sekitar 25% penderita dapat mengalami komplikasi pada jantung, yang paling sering terjadi adalah peradangan pada pembuluh darah arteri koroner (vaskulitis). Padahal, arteri koroner adalah pembuluh darah yang menyuplai darah ke jantung. Jika penanganan medis dilakukan dengan cepat dan tepat, risiko komplikasi jantung dapat diminimalkan.

Faktor Risiko Penyakit Kawasaki: Siapa yang Paling Rentan?

Meskipun penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, ada beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai:

  • Usia: Penyakit ini lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak di bawah usia 5 tahun, dengan rata-rata usia penderita adalah 2 tahun.
  • Jenis Kelamin: Anak laki-laki memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit Kawasaki dibandingkan anak perempuan.
  • Etnis: Anak-anak keturunan Asia Timur (Jepang, Korea, Taiwan) memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan kelompok etnis lainnya.
  • Genetik: Ada kemungkinan faktor genetik juga berperan dalam kerentanan seseorang terhadap penyakit ini.

Deteksi Dini: Tes untuk Memastikan Diagnosis

Jika Anda mencurigai anak mengalami gejala Penyakit Kawasaki, segera konsultasikan ke dokter. Beberapa tes yang mungkin dilakukan untuk menegakkan diagnosis meliputi:

  • Tes Urine: Menganalisis sampel urine untuk mencari keberadaan sel darah putih dan protein (albumin) yang menandakan adanya peradangan.
  • Tes Darah: Memeriksa kadar sel darah putih, tingkat sedimentasi, serta ada atau tidaknya penggumpalan darah.
  • Rontgen Dada: Mengambil gambar bagian dalam dada untuk melihat kondisi jantung dan paru-paru.
  • Elektrokardiogram (EKG): Mengukur impuls listrik pada detak jantung untuk melihat ada tidaknya kelainan.
  • Ekokardiogram: Menggunakan teknologi ultrasound untuk melihat fungsi jantung dan mendeteksi kelainan pada arteri koroner.

Jangan Tunda Penanganan Medis

Penyakit Kawasaki memang menakutkan, tetapi dengan kewaspadaan dan penanganan medis yang tepat, kita bisa melindungi anak-anak dari komplikasi yang lebih serius. Jika buah hati Anda mengalami gejala seperti di atas, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter. Deteksi dini dan penanganan yang tepat adalah kunci untuk menyelamatkan jantung buah hati Anda.

Baca Juga

Daftar Lengkap Hari Penting Nasional dan Internasional Bulan Juni: Ada Apa Saja?

Dian Kartika

Bulan Juni hadir dengan beragam peringatan penting, baik di tingkat nasional maupun internasional. Deretan hari-hari besar ini bukan sekadar penanda ...

10 Rekomendasi Celana Dalam Pria Terbaik: Nyaman, Berkualitas, dan Harga Terjangkau

Husen Fikri

Bingung memilih hadiah untuk pria tersayang? Jangan khawatir, celana dalam bisa menjadi pilihan yang tepat! Selain berfungsi sebagai pakaian dalam, ...

10 Pilihan Minuman Diet di Indomaret: Rendah Gula, Rendah Kalori, Harga Terjangkau!

Annisa Ramadhani

Bagi Mama dan Papa yang sedang berjuang mencapai berat badan ideal, memilih minuman yang tepat adalah kunci sukses diet. Jangan ...

Taeyong NCT Botak Wamil, Ini Jadwal Pulang dan Alasan Wajib Militer di Korea Selatan

Sarah Oktaviani

Kabar Taeyong NCT mencukur habis rambutnya sebelum berangkat wajib militer (wamil) memang sempat bikin heboh jagat maya. Isu bahwa Jungwoo ...

9 Negara Paling Dibenci di Dunia: Konflik, Sejarah Kelam, hingga Isu Sosial

Dea Lathifa

Setiap negara, layaknya individu, memiliki sisi yang disukai dan tidak disukai. Namun, ada beberapa negara yang tampaknya lebih sering menjadi ...

Dokter Tifa: Profil, Biodata, dan Kontroversi di Balik Ahli Epidemiologi

Annisa Ramadhani

Siapa sebenarnya Dokter Tifa yang namanya seringkali menghiasi linimasa media sosial? Lebih dari sekadar ahli epidemiologi, sosok Tifauzia Tyassuma atau ...

Tinggalkan komentar