ASI adalah sumber nutrisi terbaik bagi bayi, tak terbantahkan. Bagi ibu bekerja atau mereka yang memiliki mobilitas tinggi, memerah dan membekukan ASI menjadi solusi cerdas untuk memastikan si kecil tetap mendapatkan asupan berharga ini. Namun, mencairkan ASI beku tidak boleh sembarangan. Ada sejumlah langkah penting yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas dan kandungan nutrisi di dalamnya.
Perubahan Bukan Berarti Basi
Hal pertama yang perlu dipahami adalah perubahan pada ASI perah beku setelah dicairkan adalah hal yang normal. Warna, bau, bahkan konsistensinya mungkin sedikit berbeda dengan ASI segar. Endapan juga kerap muncul dan ini bukan pertanda ASI basi. Cukup goyangkan botol perlahan hingga tercampur kembali. Namun, jika gumpalan tetap ada dan tak mau larut, sebaiknya ASI tersebut tidak diberikan karena ada kemungkinan sudah tidak layak konsumsi.
Metode Pencairan yang Tepat
Menghangatkan ASI beku tidak boleh dilakukan dengan terburu-buru. Metode terbaik adalah dengan merendam wadah ASI dalam mangkuk berisi air hangat. Jangan pernah menggunakan kompor atau microwave karena panas yang berlebihan dapat merusak kandungan nutrisi dan antibodi penting dalam ASI. Perubahan suhu yang terlalu cepat juga dapat memengaruhi kualitas ASI. Sebaiknya, pindahkan ASI dari freezer ke kulkas semalaman sebelum dihangatkan.
Also Read
Pencairan Kilat untuk Situasi Mendesak
Terkadang, kita membutuhkan ASI perah beku secara cepat. Jika situasi ini terjadi, Anda bisa meletakkan wadah ASI di bawah air mengalir. Kemudian, lanjutkan dengan merendamnya di mangkuk berisi air hangat. Untuk memastikan suhu ASI sudah pas untuk bayi, teteskan sedikit ke pergelangan tangan. Jika terasa hangat suam-suam kuku, ASI siap diberikan.
Waktu Konsumsi yang Perlu Diperhatikan
Setelah dicairkan sepenuhnya, ASI perah sebaiknya digunakan dalam waktu 24 jam. Jika ASI sudah dihangatkan atau berada dalam suhu ruangan, masa konsumsinya menjadi lebih pendek, yaitu hanya 2 jam. Ingat, ASI yang sudah dicairkan tidak boleh dibekukan ulang. Proses pembekuan dan pencairan berulang dapat merusak kandungan nutrisinya dan meningkatkan risiko pertumbuhan bakteri.
Perhatikan Respons Bayi
Beberapa bayi mungkin menolak ASI perah beku. Jika ini terjadi, coba perpendek masa penyimpanan ASI atau hangatkan ASI sebelum diberikan. Bisa jadi, perubahan rasa dan bau membuat bayi kurang nyaman.
Pentingnya Penyimpanan yang Benar
Kunci dari semua ini adalah penyimpanan yang benar. ASI perah yang disimpan dengan baik, dibekukan dan dicairkan dengan prosedur yang tepat, akan tetap memberikan manfaat maksimal bagi si kecil. Bagi ibu yang tidak bisa menyusui secara langsung, ASI perah beku menjadi jembatan penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Dengan memahami cara mencairkan ASI beku dengan aman dan benar, Anda sudah berinvestasi pada kesehatan dan tumbuh kembang si buah hati. Ini adalah langkah kecil dengan dampak besar bagi masa depannya.