Fenomena Yunus Sasmita kembali menjadi perbincangan hangat di kalangan pengguna media sosial, khususnya TikTok. Nama Yunus, yang lekat dengan julukan "Sasmita" karena almamaternya di STM Sasmita Jaya, Pamulang, kembali mencuat bukan karena prestasi, melainkan karena riwayat konflik yang kembali membara. Bukan kisah baru, tapi dinamika konflik inilah yang menarik perhatian publik.
Yunus Sasmita, bagi sebagian orang mungkin hanya sekadar nama di balik viralnya video tawuran antar sekolah. Namun, di balik itu, ada jejak konflik panjang yang melibatkan STM Sasmita Jaya dan SMK Biphuri Serpong atau yang lebih dikenal sebagai Bhizer. Kedua sekolah yang berlokasi di Tangerang Selatan ini memang dikenal memiliki rivalitas yang kuat, dan kerap kali berujung pada aksi tawuran.
Tahun-tahun berlalu, Yunus kini telah menjadi alumni STM Sasmita Jaya. Namun, bayangan masa lalu seolah enggan pergi. Belum lama ini, Yunus kembali bertemu dengan "musuh lama"-nya, Alex Bhizer, yang juga dikenal dengan julukan Katak Bhizer. Pertemuan ini bukan pertemuan hangat dan penuh nostalgia, melainkan pertemuan yang kembali membangkitkan bara konflik lama.
Also Read
Pertemuan keduanya diwarnai perseteruan. Sumber perseteruan mereka ternyata bukan hal baru, melainkan masalah tawuran yang pernah terjadi di masa lalu. Uniknya, perseteruan ini tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga diunggah ke platform YouTube. Mereka berdua bahkan membuat konten yang menampilkan aksi mereka berduel di atas ring tinju. Sebuah drama yang sengaja dipentaskan atau pelampiasan emosi? Kita semua punya interpretasi masing-masing.
Yang menarik dari kasus Yunus dan Alex adalah bagaimana konflik masa lalu bisa begitu mudah kembali membara, bahkan setelah bertahun-tahun. Pertanyaannya, apakah aksi mereka ini adalah representasi dari bagaimana sulitnya melupakan masa lalu yang kelam? Atau sekadar konten yang memanfaatkan sensasi rivalitas untuk menarik perhatian?
Di era media sosial saat ini, konflik lama bisa dengan mudah diungkit dan dibesar-besarkan. Kasus Yunus dan Alex bisa menjadi contoh, bagaimana dendam masa lalu bisa terus hidup dan bahkan dikomersialisasikan. Kita bisa melihat bagaimana rivalitas, yang seharusnya sudah menjadi bagian dari masa lalu, malah menjadi panggung baru yang dieksploitasi.
Peristiwa ini juga membuka mata kita, betapa pentingnya membangun budaya damai dan penyelesaian konflik yang lebih baik, terutama di kalangan remaja. Kasus ini lebih dari sekadar perkelahian antar alumni sekolah. Ini adalah cerminan bagaimana masa lalu bisa terus menghantui dan bagaimana konflik bisa saja terus berputar jika tidak ada upaya untuk mengakhiri.
Pada akhirnya, kisah Yunus Sasmita dan Alex Bhizer adalah cerita tentang konflik, masa lalu, dan bagaimana media sosial bisa mengubah cara kita melihat dan meresponsnya. Bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai pengingat tentang pentingnya kedamaian dan upaya untuk menyelesaikan konflik secara bijaksana.