Kehadiran Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Jakarta beberapa waktu lalu tak hanya menarik perhatian publik karena agenda politiknya, namun juga karena kehadiran sosok remaja tampan yang mendampinginya: Xavier Trudeau. Putra sulung sang PM ini sontak menjadi perbincangan, membuat banyak orang penasaran dengan profil dan kiprahnya.
Xavier, remaja berusia 16 tahun ini, bukan hanya sekadar ‘anak seorang PM’. Ia adalah representasi generasi muda yang aktif, cerdas, dan peduli pada isu-isu sosial. Pendidikan formalnya di Rockcliffe Park Public School, Ottawa, tampaknya menjadi fondasi yang kuat bagi pembentukan karakternya. Namun, lebih dari itu, Xavier juga menunjukkan ketertarikan mendalam pada isu kemanusiaan, hal ini terlihat dari aktifnya ia mendampingi sang ayah dalam berbagai acara kenegaraan yang berfokus pada isu tersebut.
Keikutsertaan Xavier dalam kegiatan penggalangan dana menunjukkan bahwa ia tidak hanya mengandalkan nama besar ayahnya. Ia ikut serta aktif menyuarakan isu-isu penting seperti kesetaraan gender, pendidikan, olahraga, dan kesehatan mental. Ini adalah contoh konkret bahwa kepedulian sosial tidak mengenal usia.
Also Read
Di balik kesibukannya, Xavier ternyata seorang pembaca yang gemar membaca buku dan menonton film dokumenter. Ketertarikannya pada sejarah, geografi, dan sains, menunjukkan bahwa ia memiliki rasa ingin tahu yang besar dan wawasan yang luas. Ini adalah bekal penting bagi seorang pemimpin masa depan.
Sikap ramah dan murah senyum yang ditunjukkan Xavier saat tiba di Bandara Soekarno Hatta dan dalam berbagai kesempatan bersama Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana, menambah kesan positif yang ia berikan. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak hanya cerdas dan peduli, tetapi juga memiliki kepribadian yang hangat dan mudah berinteraksi dengan orang lain.
Kehadiran Xavier di KTT ASEAN bukan sekadar pendamping ayah, melainkan juga sebuah pesan yang kuat tentang pentingnya melibatkan generasi muda dalam isu-isu global. Ia menjadi inspirasi bagi remaja lainnya untuk berani bersuara, berkontribusi, dan menjadi agen perubahan. Kita bisa melihat bahwa ia tidak hanya mewarisi kepemimpinan dari sang ayah, tetapi juga menumbuhkan kesadarannya sendiri sebagai bagian dari generasi penerus dunia.
Momen kehadiran Xavier di KTT ASEAN kemarin juga menjadi pengingat bahwa di balik para pemimpin dunia, ada keluarga yang turut memberikan dukungan dan membentuk karakter mereka. Xavier, dengan segala potensi dan kiprahnya, menjadi bukti bahwa keluarga adalah sekolah pertama dan utama bagi para pemimpin masa depan.