Peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182, seperti petir di siang bolong, mengguncang kesadaran kita. Bukan hanya soal tragedi, tapi juga tentang betapa seringnya kita melupakan keajaiban di setiap perjalanan yang kita lalui. Setiap roda pesawat mendarat dengan selamat, setiap mobil tiba di tujuan, atau bahkan setiap langkah kaki yang membawa kita kembali ke rumah, adalah momen-momen yang patut disyukuri, bukan sekadar rutinitas.
Kita seringkali terjebak dalam kesibukan harian, lupa bahwa di luar sana, ada begitu banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Pergi ke kantor, mengantar anak ke sekolah, atau sekadar berbelanja ke pasar, semua adalah petualangan kecil yang menyimpan risiko. Tak ada jaminan kita akan kembali dengan selamat. Ini bukan bermaksud untuk menebar ketakutan, tetapi justru untuk menumbuhkan kesadaran bahwa hidup itu rapuh dan setiap hari yang kita lewati adalah anugerah.
Lalu, bagaimana kita bisa mengubah perspektif ini? Pertama, mulailah dengan mengakui bahwa keselamatan bukan sesuatu yang bisa kita anggap remeh. Jangan pernah menyepelekan setiap detik yang kita lalui. Kedua, hargai setiap momen berkumpul dengan orang-orang tersayang. Kehadiran mereka di sisi kita adalah harta yang tak ternilai. Ketiga, berani untuk melambatkan sedikit ritme kehidupan. Berhenti sejenak, tarik napas dalam-dalam, dan rasakan betapa beruntungnya kita saat ini.
Also Read
Refleksi ini bukan hanya tentang penerbangan. Ini tentang setiap perjalanan dalam hidup. Tentang bagaimana kita menghargai setiap kesempatan yang diberikan, tentang bagaimana kita bersyukur atas setiap langkah kaki yang masih bisa kita ayunkan, dan tentang bagaimana kita merangkul erat keluarga dan orang-orang terdekat yang kita cintai. Jangan sampai kita tersadar setelah kehilangan, namun biasakanlah bersyukur sejak detik ini. Karena setiap momen, betapapun sederhananya, adalah hadiah yang tak terhingga. Ingatlah selalu, perjalanan kita masih panjang, mari kita lalui dengan kesadaran dan penuh rasa syukur.