Lagu "Tak Segampang Itu" dari Anggi Marito tiba-tiba menjadi soundtrack kehidupan banyak orang, khususnya di platform media sosial seperti TikTok. Melodi sendu dan lirik yang menusuk kalbu membuat lagu ini dengan cepat menyebar dan menjadi viral. Namun, apa sebenarnya yang membuat lagu ini begitu memikat dan relevan dengan pendengar?
Lebih dari Sekadar Lagu Galau Biasa
Dirilis pada 2 Desember 2022, lagu ciptaan Mario G Klau ini memang menawarkan kisah patah hati yang familiar. Liriknya menggambarkan perjuangan seseorang untuk move on dari mantan kekasih. Perasaan rindu, penyesalan, dan kesulitan mencari pengganti dirangkai dalam kata-kata yang sederhana namun mengena.
"Waktu demi waktu, hari demi hari, sadar ku t’lah sendiri," begitu penggalan lirik yang membuka lagu ini, menggambarkan kesunyian yang mendalam setelah ditinggalkan. Frasa "Tak segampang itu ku mencari penggantimu" menjadi hook yang sangat kuat dan menjadi identitas lagu ini.
Also Read
Namun, "Tak Segampang Itu" bukan sekadar lagu galau biasa. Ia menangkap esensi dari proses penyembuhan luka hati yang tidak pernah mudah. Ia menyuarakan perasaan yang mungkin dialami banyak orang, tetapi sulit untuk diungkapkan. Itulah yang membuat lagu ini terasa begitu relate dan akhirnya banyak digunakan sebagai backsound video di media sosial.
Psikologi di Balik Popularitas Lagu Patah Hati
Fenomena popularitas lagu-lagu patah hati memang bukan hal baru. Dalam dunia psikologi, hal ini dapat dijelaskan dengan beberapa faktor. Pertama, lagu dengan tema patah hati seringkali memberikan katarsis, yaitu pelepasan emosi yang terpendam. Ketika mendengarkan lagu yang sesuai dengan apa yang sedang dirasakan, orang cenderung merasa lega dan tidak sendiri dalam kesedihan mereka.
Kedua, lagu-lagu galau seringkali memicu empati. Pendengar mungkin tidak mengalami situasi yang persis sama, tetapi mereka dapat merasakan emosi yang disampaikan melalui lagu. Hal ini menciptakan koneksi emosional yang kuat dan membuat lagu tersebut menjadi bermakna.
Ketiga, media sosial juga berperan besar dalam penyebaran lagu-lagu galau. Platform seperti TikTok memungkinkan pengguna untuk mengekspresikan diri mereka melalui video yang diiringi musik. Ketika lagu patah hati menjadi populer, orang cenderung menggunakannya sebagai backsound untuk video-video yang menceritakan pengalaman pribadi mereka, sehingga menciptakan gelombang viral yang masif.
"Tak Segampang Itu": Antara Karya Seni dan Representasi Emosi
Lagu "Tak Segampang Itu" telah membuktikan bahwa sebuah karya seni dapat menjadi representasi emosi yang universal. Ia bukan sekadar lagu yang enak didengar, tetapi juga cermin dari pengalaman manusia yang kompleks. Kepiawaian Mario G Klau dalam menulis lirik dan kemampuan Anggi Marito dalam menghayati lagu ini telah melahirkan sebuah karya yang menyentuh hati banyak orang.
Keberhasilan "Tak Segampang Itu" juga mengajarkan bahwa musik memiliki kekuatan untuk menyatukan orang melalui emosi yang sama. Ia menjadi pengingat bahwa setiap orang pernah merasakan patah hati, dan bahwa proses move on memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Melalui lagu ini, orang tidak hanya bisa meluapkan kesedihan mereka, tetapi juga menemukan dukungan dalam bentuk pengalaman emosional yang dibagikan bersama.
Dengan popularitasnya yang terus meroket, "Tak Segampang Itu" mungkin akan terus menjadi soundtrack bagi banyak orang yang sedang berjuang dengan luka hati. Lagu ini adalah bukti bahwa kesedihan, jika diungkapkan dengan tepat, dapat menjadi kekuatan yang menyatukan.