Media sosial, khususnya TikTok dan Twitter, memang menjadi lahan subur tumbuhnya bahasa gaul baru. Istilah-istilah unik bermunculan, terkadang tanpa kita sadari maknanya. Dua istilah yang belakangan ini kerap muncul dan menjadi perbincangan adalah "sasimo" dan "HS". Tapi, sudahkah kita benar-benar memahami arti dan konteks penggunaannya? Jangan sampai latah, yuk kita bedah bersama!
Sasimo: Bukan Sekadar "Sana-Sini Mau"
Sasimo, kependekan dari "Sana Sini Mao", atau variannya "Sasima" ("Sana Sini Mau"), mungkin terdengar sepele. Namun, dibalik kata-kata itu tersimpan konotasi negatif yang cukup dalam. Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang dianggap tidak punya prinsip, mudah terpengaruh, dan gampang menjalin hubungan dengan siapapun, tanpa pertimbangan yang matang.
Sasimo seringkali dikaitkan dengan orang yang mudah berganti pasangan, bahkan mungkin menjalin hubungan dengan beberapa orang sekaligus. Mereka seolah tidak memiliki filter atau batasan dalam memilih teman dekat. Konteks ini membuat sasimo menjadi julukan yang merendahkan, bahkan seringkali dianggap murahan. Penting untuk diingat, bahwa hubungan yang sehat dibangun atas dasar komitmen, rasa hormat, dan pertimbangan yang matang, bukan sekadar "sana-sini mau".
Also Read
HS: Lebih dari Sekadar "Having Sex"
Istilah "HS" atau "Having Sex" juga mengalami pergeseran makna di kalangan pengguna media sosial. Awalnya merujuk pada hubungan seksual secara umum, kini HS sering dikaitkan dengan aktivitas seksual di luar ikatan pernikahan atau tanpa komitmen yang jelas. Dalam konteks ini, HS sering memiliki konotasi negatif karena seringkali dilakukan tanpa adanya rasa tanggung jawab dan hanya untuk memenuhi kepuasan sesaat.
Penggunaan istilah HS di media sosial kerap kali merujuk pada hubungan tanpa status yang dilakukan tanpa adanya ikatan emosional yang mendalam. Bahkan, beberapa kasus HS melibatkan orang-orang yang hanya sekadar kenal atau bahkan baru bertemu. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatifnya, seperti risiko penyakit menular seksual dan trauma psikologis.
Lebih Dari Sekadar Bahasa Gaul
Sasimo dan HS bukan sekadar istilah gaul yang sedang tren. Keduanya membawa pesan implisit tentang nilai-nilai yang sedang bergeser dalam masyarakat, terutama di kalangan anak muda. Sasimo menyiratkan adanya penurunan nilai tentang kesetiaan dan komitmen dalam sebuah hubungan. Sementara HS menyoroti pergeseran pandangan tentang seksualitas dan hubungan intim yang kerap dilakukan tanpa pertimbangan konsekuensi.
Penting bagi kita, sebagai pengguna media sosial yang bijak, untuk tidak sekadar latah menggunakan istilah-istilah ini tanpa memahami maknanya. Kita perlu menanamkan pemahaman bahwa hubungan yang sehat dibangun atas dasar rasa hormat, komitmen, dan tanggung jawab. Dengan begitu, kita dapat menghindari salah persepsi dan tidak ikut melanggengkan makna negatif yang melekat pada istilah-istilah tersebut.
Jadi, mari lebih bijak dalam menggunakan bahasa gaul, dan jadikan media sosial sebagai sarana untuk menyebarkan konten yang positif dan membangun. Jangan sampai kita menjadi bagian dari masalah dengan latah mengikuti tren tanpa memahami esensinya.