Pagi Ramadan seringkali menghadirkan dinamika tersendiri. Alarm yang tak berbunyi, kantuk yang terlalu berat, atau bahkan godaan untuk menunda sahur bisa berujung pada situasi yang familiar: bangun kesiangan dan mendapati waktu imsak telah lewat. Panik? Tentu. Pertanyaan yang sering muncul kemudian adalah, "Apakah masih boleh melanjutkan makan atau minum ketika adzan subuh sudah berkumandang?".
Perdebatan mengenai hal ini memang kerap menghiasi bulan Ramadan. Satu hadits yang sering menjadi rujukan adalah hadits yang menyebutkan bahwa jika bejana masih di tangan saat adzan berkumandang, maka seseorang diperbolehkan untuk mengambil keperluan darinya. Hadits ini seolah menjadi angin segar bagi mereka yang terburu-buru menyantap hidangan sahur.
Namun, di sisi lain, ada pandangan yang lebih menekankan kehati-hatian. KH Maman Imanul Haq, misalnya, menyarankan agar kita berhenti makan saat waktu imsak tiba. Hal ini untuk menghindari keragu-raguan saat adzan subuh berkumandang dan untuk lebih menghormati masuknya waktu ibadah.
Also Read
Lantas, bagaimana menyikapinya secara bijak? Memang, hadits memberikan kelonggaran, tetapi kita juga tidak boleh mengabaikan semangat kehati-hatian dalam beribadah. Inti dari berpuasa adalah menahan diri, baik dari makan, minum, maupun hal-hal lain yang membatalkan puasa. Jika kita sudah mengetahui bahwa waktu imsak telah lewat, sebaiknya kita tidak memaksakan diri untuk tetap makan, apalagi jika kita sudah mendengar tanda-tanda akan masuknya waktu subuh.
Lebih dari sekadar sah atau tidak sah, momen ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita untuk lebih disiplin dan mempersiapkan diri dengan lebih baik. Menyetel alarm dengan benar, tidur lebih awal, dan menyiapkan hidangan sahur sebelumnya bisa menjadi solusi untuk menghindari keterlambatan. Puasa bukan hanya soal menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih kedisiplinan dan ketaatan kita pada aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Jadi, ketika mendapati diri dalam situasi ini, ada baiknya kita mengambil jeda sejenak. Jika makanan masih di mulut, telanlah dengan segera. Jika air masih di tangan, minumlah seperlunya, dan segeralah berhenti. Yang lebih penting adalah introspeksi diri dan belajar dari pengalaman. Jangan sampai keterlambatan sahur membuat kita kehilangan esensi dari puasa itu sendiri. Bulan Ramadan adalah bulan untuk memperbaiki diri, termasuk dalam hal kedisiplinan dan ketaatan.