Robert Priantono Bonosusatya, atau yang lebih dikenal sebagai RBT, kini menjadi buah bibir. Bukan lagi soal kesuksesannya sebagai pengusaha dengan jejaring bisnis luas, tapi karena namanya terseret dalam pusaran kasus dugaan korupsi timah yang nilai kerugian negaranya fantastis, mencapai Rp 271 triliun. Pria yang dikenal dekat dengan sejumlah petinggi kepolisian ini, sebelumnya memang sudah malang melintang di berbagai sektor bisnis, mulai dari tambang, properti, hingga perkebunan. Namun, sosoknya yang cenderung tertutup membuat informasi tentang dirinya sulit diakses publik. Mari kita telaah lebih dalam profil dan sepak terjang RBT yang kontroversial ini.
Profil Singkat RBT: Pengusaha Multitalenta dengan Jaringan Kuat
RBT lahir dari keluarga pengusaha, meski bukan dari kalangan konglomerat. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya dari sembilan bersaudara. Dengan gigih, RBT berhasil mengembangkan bisnis keluarganya, merambah berbagai sektor. Ia bukan hanya dikenal sebagai pengusaha sukses, tapi juga memiliki kedekatan dengan sejumlah petinggi kepolisian. Kedekatan ini kabarnya memberikan keuntungan dan kepercayaan tersendiri dalam melancarkan roda bisnisnya.
Sebelum fokus pada tambang dan perkebunan, RBT tercatat pernah terlibat dalam manajemen perusahaan besar seperti PT Citra Marga Nusaphala Tbk (CMNP), perusahaan jalan tol, dan PT Synthesis Karya Pratama, pengembang Plaza Semanggi. Ia juga memiliki investasi di sektor perhotelan, salah satunya adalah Hotel Butik The Gunawarman di Jakarta Selatan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fokus bisnisnya bergeser ke sektor pertambangan dan perkebunan, terutama dengan konsesi sawit di Jambi.
Also Read
Terjerat Kasus Korupsi Timah: Peran PT Refined Bangka Tin (RBT)?
Puncak kontroversi RBT terjadi ketika namanya terseret dalam kasus dugaan korupsi tata niaga timah di PT Timah Tbk periode 2015-2022. Kejaksaan Agung mengungkap kerugian negara mencapai Rp 271 triliun akibat praktik korupsi ini. RBT diduga kuat terlibat melalui perusahaannya, PT Refined Bangka Tin (RBT), yang menjadi mitra utama PT Timah Tbk. Meski RBT membantah memiliki hubungan langsung dengan PT RBT, penyidik tetap mengusut keterkaitannya.
Penyelidikan Kejaksaan Agung menyasar dugaan korupsi dalam tata niaga timah yang melibatkan beberapa pihak. RBT, dengan keterkaitannya dengan PT RBT, disinyalir turut serta dalam praktik korupsi yang merugikan negara. Hingga saat ini, RBT masih berstatus tersangka dan penyelidikan terus berjalan. Kasus ini tidak hanya mengancam reputasi bisnisnya, tapi juga kedekatannya dengan petinggi Polri yang selama ini ia manfaatkan.
Kontroversi Lain: Dari Pembunuhan Brigadir J hingga Penyerobotan Lahan
Kasus dugaan korupsi timah bukanlah satu-satunya kontroversi yang melibatkan RBT. Pada tahun 2022, namanya juga disebut dalam kasus pembunuhan Brigadir J oleh eks Jenderal Ferdy Sambo. Ketua Indonesia Police Watch (IPW) menduga RBT terkait dengan pemilik jet pribadi yang digunakan mengantar jenazah Brigadir J ke Jambi. Bahkan, nama RBT juga dikaitkan dengan konsorsium yang melibatkan Kaisar Sambo dan Konsorsium 303.
Selain itu, kasus pembunuhan lansia Sabriansyah (60) di Kalimantan Selatan pada tahun 2023 juga turut menyeret nama RBT. Kasus ini dipicu dugaan penyerobotan tanah keluarga oleh PT Jaya Guna Abadi (JGA), perusahaan yang diduga milik RBT. Meskipun RBT membantah terlibat langsung, beberapa tersangka yang terlibat dalam kasus tersebut memiliki hubungan dengan perusahaannya.
Insight dan Perspektif Baru: Lebih dari Sekadar Korupsi
Kasus RBT bukan hanya sekadar soal dugaan korupsi. Ini adalah potret buram tentang praktik bisnis di Indonesia yang terkadang abu-abu, di mana kedekatan dengan penguasa dan aparat bisa memberikan keistimewaan yang melenakan. Kasus ini juga menyoroti betapa pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam dunia bisnis, terutama yang melibatkan sumber daya alam dan kepentingan publik.
Keberadaan sosok RBT yang misterius dan sulit dijangkau media menunjukkan adanya celah dalam pengawasan dan regulasi. Kasus ini menjadi pengingat bagi semua pihak, bahwa hukum dan keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu, siapapun dia dan sekuat apapun jaringannya. Masyarakat pun berhak tahu dan meminta pertanggungjawaban atas dugaan tindakan yang merugikan negara dan rakyat. Kasus RBT harus menjadi momentum untuk membenahi tata kelola bisnis dan pemerintahan yang lebih bersih dan berintegritas.