Dunia distopia kembali hadir dalam film Divergent, adaptasi dari novel karya Veronica Roth yang dirilis pada tahun 2014. Film bergenre aksi, petualangan, dan misteri ini mengajak penonton menyelami kompleksitas sebuah masyarakat yang terbagi dalam lima faksi, sebuah sistem yang ternyata menyimpan kebusukan di baliknya.
Divergent membawa kita ke sebuah dunia pasca-apokaliptik di mana masyarakat dibagi menjadi lima faksi berdasarkan nilai-nilai yang mereka junjung tinggi: Candor (kejujuran), Erudite (kecerdasan), Amity (kedamaian), Dauntless (keberanian), dan Abnegation (altruisme). Pada usia 16 tahun, setiap remaja harus menjalani tes untuk menentukan faksi mana yang paling sesuai dengan diri mereka, dan kemudian memilih untuk mengabdikan diri pada faksi tersebut.
Namun, di balik sistem yang tampak teratur ini, terdapat golongan yang dianggap ancaman: Divergent. Mereka adalah individu yang memiliki bakat dan nilai yang beragam, tidak hanya condong pada satu faksi saja. Keberadaan Divergent dianggap membahayakan tatanan yang telah mapan.
Also Read
Kisah berpusat pada Beatrice "Tris" Prior, seorang remaja yang hasil tesnya menunjukkan dirinya sebagai seorang Divergent, dengan kecenderungan pada Abnegation, Dauntless, dan Erudite. Keadaan ini membuatnya harus menyembunyikan identitas aslinya demi keselamatan. Ia kemudian memilih untuk bergabung dengan Dauntless, faksi yang bertolak belakang dengan faksi orang tuanya.
Di Dauntless, Tris menemukan bukan hanya pelatihan fisik yang keras, namun juga pertemanan dengan sosok-sosok seperti Four, Christina, dan Al. Seiring berjalannya waktu, Tris menyadari bahwa sistem faksi yang mereka jalani hanyalah kedok bagi sebuah konspirasi besar. Pemerintah berencana untuk melenyapkan para Divergent, individu-individu yang mampu berpikir di luar batas faksi dan berpotensi mengancam kekuasaan.
Lebih dari Sekadar Film Aksi Remaja
Divergent bukan sekadar film aksi remaja yang menampilkan pertarungan dan aksi-aksi heroik. Lebih dari itu, film ini menyentuh isu-isu mendalam tentang identitas, kebebasan memilih, dan perlawanan terhadap sistem yang menindas. Tris, sebagai karakter utama, menjadi representasi dari perjuangan individu untuk menemukan jati dirinya di tengah tekanan masyarakat yang menginginkan keseragaman.
Film ini juga menjadi refleksi bagi penonton tentang bahaya pembagian masyarakat ke dalam kelompok-kelompok yang kaku. Sistem faksi, yang awalnya dibuat untuk menciptakan ketertiban, justru menjadi alat penindas yang membatasi potensi manusia. Konsep Divergent pun menawarkan perspektif baru, bahwa keberagaman justru adalah kekuatan, bukan ancaman.
Divergent menghadirkan narasi yang relevan dengan kondisi sosial saat ini. Film ini mengingatkan kita tentang pentingnya berpikir kritis, berani melawan ketidakadilan, dan tidak membiarkan diri kita terjebak dalam batasan yang dibuat oleh orang lain.
Pemain-Pemain yang Memukau
Film ini dibintangi oleh Shailene Woodley sebagai Tris Prior, Theo James sebagai Four, Kate Winslet sebagai Jeanine Matthews, Ansel Elgort sebagai Caleb Prior, dan banyak aktor lainnya yang turut menghidupkan dunia distopia ini.
Bagi yang ingin menyaksikan petualangan Tris dalam mengungkap konspirasi dan melawan sistem yang menindas, Divergent dapat ditemukan di platform streaming legal seperti Netflix. Siapkan diri untuk terpukau dengan aksi dan intrik yang disuguhkan film ini, serta renungkan makna yang terkandung di baliknya.