Belakangan, istilah "radupaksa" kian sering terdengar sebagai pengganti kata "perkosaan." Konon, tujuannya untuk memperhalus makna. Namun, benarkah demikian? Apakah radupaksa dan perkosaan adalah dua kata yang bisa saling menggantikan? Mari kita telusuri lebih dalam.
Menelusuri Makna Kata: KBBI dan Asal-Usul Istilah
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "radupaksa" awalnya bermakna "kekerasan" atau "kekejaman." Namun, dalam edisi termutakhir, KBBI merevisi definisi radupaksa menjadi "paksa, perkosa." Perubahan ini menjadi salah satu pemicu penggunaan radupaksa sebagai alternatif kata perkosaan. Sementara itu, "perkosa" dalam KBBI didefinisikan sebagai "menundukkan dengan kekerasan, memaksa dengan kekerasan, menggagahi, merogol," yang secara spesifik merujuk pada pemaksaan hubungan seksual.
Penting untuk dicatat, bahwa radupaksa awalnya tidak diusulkan sebagai sinonim perkosa. Penggunaan radupaksa untuk menggantikan perkosa justru dikhawatirkan dapat mengaburkan makna kekerasan seksual yang sangat serius. Istilah "radupaksa" sendiri kemudian berkembang sebagai istilah yang merujuk pada trauma akibat kekerasan, baik fisik maupun mental.
Also Read
Perbedaan Signifikan: Paksaan dan Konteks Kekerasan Seksual
Jika ditelaah lebih lanjut, baik "radupaksa" dan "perkosa" memang mengandung unsur "paksaan." Namun, keduanya tidak sepenuhnya identik. Kata "perkosa" secara tegas mengacu pada pemaksaan hubungan seksual, sedangkan "radupaksa" memiliki cakupan yang lebih luas, mencakup berbagai bentuk kekerasan dan penganiayaan. Dalam konteks hukum, misalnya, Pasal 285 KUHP secara jelas mendefinisikan perkosaan sebagai tindakan pemaksaan hubungan seksual dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
Meskipun "perkosa" dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk "radupaksa," tidak semua tindakan "radupaksa" adalah "perkosaan." Perbedaan ini sangat krusial, terutama dalam penanganan kasus kekerasan dan keadilan bagi korban. Menggunakan "radupaksa" sebagai sinonim "perkosa" berpotensi mereduksi kekhususan dan keseriusan kasus perkosaan.
Dampak Penggunaan Istilah: Mengapa Presisi Kata Itu Penting
Pentingnya presisi dalam penggunaan kata tidak boleh diabaikan. Penggunaan kata yang ambigu atau kurang tepat dapat berdampak besar, terutama dalam konteks kekerasan seksual. Mengganti "perkosa" dengan "radupaksa," meski mungkin bertujuan untuk memperhalus, justru dapat mengecilkan makna kekejaman dan trauma yang dialami korban perkosaan.
Selain itu, penggunaan istilah yang tidak tepat dapat memengaruhi pemahaman publik terhadap kasus kekerasan seksual. Hal ini juga bisa berdampak pada proses hukum dan pemulihan korban. Kesalahan dalam pemilihan kata dapat menyebabkan ketidakadilan dan melanggengkan stigma terhadap korban.
Kesimpulan: Bukan Sekadar Permainan Kata
Diskusi mengenai radupaksa dan perkosa bukan sekadar soal permainan kata. Ini adalah tentang bagaimana kita memaknai kekerasan, khususnya kekerasan seksual. Penggunaan istilah yang tepat sangat krusial dalam upaya kita memberikan keadilan bagi korban dan mengedukasi masyarakat tentang isu sensitif ini.
Meski radupaksa dan perkosa memiliki unsur paksaan, keduanya tidak dapat digunakan secara bergantian. "Perkosa" secara eksplisit merujuk pada kekerasan seksual, sementara "radupaksa" memiliki cakupan yang lebih luas. Oleh karena itu, penggunaan kata "perkosa" tetap penting untuk menjaga kejelasan dan menghindari pereduksian makna dari kejahatan seksual yang serius.