Papeda Jejak Kuliner Papua yang Mulai Terlupakan

Maulana Yusuf

Serba Serbi Kehidupan

Sagu, bahan pangan yang kaya karbohidrat, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Papua. Beragam olahan sagu, mulai dari sagu lempeng hingga sagu bola, kerap hadir di meja makan. Namun, di antara variasi tersebut, papeda, hidangan khas yang begitu lekat dengan budaya Papua, justru semakin sulit ditemukan. Ironis memang, kuliner warisan leluhur ini perlahan menghilang dari peredaran, bahkan di tanah kelahirannya sendiri.

Papeda, dengan teksturnya yang kenyal, lengket, dan cenderung hambar, memang bukan hidangan yang praktis untuk dikonsumsi sehari-hari. Keunikan teksturnya justru menjadi daya tarik tersendiri. Cara menyantapnya pun istimewa, dengan menggunakan sumpit atau garpu kayu untuk menggulungnya sebelum dicelupkan ke dalam kuah ikan kuning yang kaya rempah. Sentuhan kuah ikan dan sambal colo-colo inilah yang memberikan cita rasa pada papeda, menjadikannya hidangan yang menggugah selera.

Masyarakat adat di sekitar Danau Sentani, Arso, dan Manokwari, mengenal papeda sebagai hidangan yang tak hanya sekadar pengisi perut. Ia menjadi bagian dari ritual dan perayaan penting. Papeda hadir sebagai simbol kebersamaan dan identitas budaya, mengukuhkan posisinya sebagai warisan kuliner yang patut dilestarikan. Lebih dari itu, papeda juga menyimpan nilai gizi yang baik. Sagu sebagai bahan utamanya, dipercaya memiliki manfaat kesehatan, mulai dari meredakan masalah pencernaan hingga membantu mengontrol berat badan.

Popularitas papeda tak hanya terbatas di Papua. Hidangan serupa juga dikenal di Maluku, dengan cara penyajian yang sedikit berbeda. Namun, keberadaan papeda di kedua wilayah ini menghadapi tantangan yang sama, yakni tergerus oleh arus modernisasi dan perubahan pola konsumsi masyarakat.

Proses pembuatan papeda memang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Sagu yang dicampur dengan air, dibiarkan semalaman sebelum kemudian dimasak di atas api kecil sambil terus diaduk hingga mencapai tekstur yang pas. Konsistensi papeda yang kenyal dan lengket inilah yang menjadi ciri khasnya.

Di tengah gempuran makanan instan dan hidangan modern, papeda seolah menjadi "barang antik" yang keberadaannya semakin langka. Upaya pelestarian papeda perlu digencarkan, bukan hanya sebagai upaya untuk menjaga warisan kuliner, tetapi juga sebagai pengakuan terhadap kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakat Papua. Dengan mengenalkan kembali papeda kepada generasi muda, kita tidak hanya mengembalikan kelezatan masa lalu, tetapi juga merawat identitas bangsa.

Mungkin sudah saatnya kita tidak hanya memandang papeda sebagai sekadar makanan, tetapi juga sebagai simbol perlawanan terhadap kepunahan tradisi dan budaya. Ia adalah jejak kuliner yang perlu dihidupkan kembali, bukan hanya sebagai hidangan yang menggugah selera, tetapi juga sebagai pengingat akan akar budaya yang kuat dan kaya.

Baca Juga

Daftar Lengkap Hari Penting Nasional dan Internasional Bulan Juni: Ada Apa Saja?

Dian Kartika

Bulan Juni hadir dengan beragam peringatan penting, baik di tingkat nasional maupun internasional. Deretan hari-hari besar ini bukan sekadar penanda ...

10 Rekomendasi Celana Dalam Pria Terbaik: Nyaman, Berkualitas, dan Harga Terjangkau

Husen Fikri

Bingung memilih hadiah untuk pria tersayang? Jangan khawatir, celana dalam bisa menjadi pilihan yang tepat! Selain berfungsi sebagai pakaian dalam, ...

10 Pilihan Minuman Diet di Indomaret: Rendah Gula, Rendah Kalori, Harga Terjangkau!

Annisa Ramadhani

Bagi Mama dan Papa yang sedang berjuang mencapai berat badan ideal, memilih minuman yang tepat adalah kunci sukses diet. Jangan ...

Taeyong NCT Botak Wamil, Ini Jadwal Pulang dan Alasan Wajib Militer di Korea Selatan

Sarah Oktaviani

Kabar Taeyong NCT mencukur habis rambutnya sebelum berangkat wajib militer (wamil) memang sempat bikin heboh jagat maya. Isu bahwa Jungwoo ...

9 Negara Paling Dibenci di Dunia: Konflik, Sejarah Kelam, hingga Isu Sosial

Dea Lathifa

Setiap negara, layaknya individu, memiliki sisi yang disukai dan tidak disukai. Namun, ada beberapa negara yang tampaknya lebih sering menjadi ...

Review Azarine Oil Free Brightening Daily Moisturizer: Pelembap Ringan untuk Kulit Berjerawat dan Mencerahkan?

Maulana Yusuf

Mencari pelembap yang tepat untuk kulit berminyak dan berjerawat memang tricky. Terlalu berat bisa bikin pori-pori tersumbat, sementara yang terlalu ...

Tinggalkan komentar