Lagu "Sang Surya," yang sering berkumandang dalam perayaan Milad Muhammadiyah, bukan sekadar rangkaian nada dan lirik. Lebih dari itu, ia adalah manifestasi ideologi, semangat perjuangan, dan pengabdian yang menjadi identitas organisasi ini. Di balik setiap baitnya, tersimpan makna mendalam yang mengajak kita untuk merenungkan kembali esensi dari syahadat, misi dakwah, dan peran kita sebagai umat.
Lirik "Di ufuk timur sana, fajar mulai menyingsing" bukan hanya gambaran waktu, tapi juga metafora akan kebangkitan. Muhammadiyah, melalui lagu ini, seolah ingin menegaskan perannya sebagai pembawa pencerahan, penegak kebenaran, dan harapan baru di tengah kegelapan. Fajar yang menyingsing melambangkan hadirnya cahaya ilmu dan pemahaman agama yang murni, yang menjadi dasar bagi setiap gerak langkah organisasi ini.
Selanjutnya, "Syahadatain menjadi panduan," menegaskan betapa sentralnya kalimat tauhid dalam setiap aktivitas Muhammadiyah. Pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya adalah landasan utama yang memandu seluruh amal ibadah dan dakwah. Ini bukan sekadar ucapan di bibir, tapi juga komitmen untuk menjalankan kehidupan sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Sunnah.
Also Read
Lirik tersebut kemudian berlanjut dengan pesan tentang dakwah dan pengabdian. Melalui organisasi Muhammadiyah, umat diajak untuk berpartisipasi aktif dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Dakwah tidak hanya terbatas pada penyampaian ceramah, tapi juga pada aksi nyata dalam memajukan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat. Ini adalah bentuk pengabdian yang tulus, didasari oleh semangat persaudaraan dan kepedulian terhadap sesama.
Menariknya, "Sang Surya" tidak hanya berbicara tentang kebesaran organisasi, tapi juga tentang tanggung jawab individu. Ia mengingatkan setiap anggota Muhammadiyah, dan bahkan setiap muslim pada umumnya, untuk terus berikhtiar dalam meningkatkan kualitas diri, baik secara spiritual maupun intelektual. Lagu ini menjadi pengingat bahwa dakwah dimulai dari diri sendiri, melalui perbaikan akhlak dan peningkatan ilmu.
Di era yang penuh dengan tantangan ini, "Sang Surya" bukan sekadar lagu kenangan, tapi juga spirit pembaruan. Ia mengajak kita untuk merefleksikan kembali makna dari syahadat, menghayati semangat dakwah, dan mengabdikan diri untuk kemaslahatan umat. Ia adalah panggilan untuk bangkit, bergerak, dan berkontribusi aktif dalam membangun peradaban yang lebih baik, sesuai dengan nilai-nilai luhur yang diajarkan Islam. Dengan memahami makna mendalam dari lirik "Sang Surya," kita dapat lebih menghayati perjalanan dakwah Muhammadiyah dan ikut serta dalam mewujudkan cita-cita luhurnya.