Pecahnya kabar pemecatan Melissa Barrera dari proyek Scream VII bak petir di siang bolong, langsung memicu gelombang diskusi di media sosial. Dugaan kuat mengarah pada keberpihakan aktris pemeran Sam Carpenter ini terhadap Palestina sebagai penyebabnya. Imbasnya, franchise Scream, yang juga melibatkan Jenna Ortega di seri sebelumnya, kembali menjadi sorotan.
Sehari setelah kabar pemecatan Barrera, muncul berita mengejutkan bahwa Jenna Ortega juga tidak akan ambil bagian dalam Scream VII. Spekulasi pun tak terhindarkan, publik ramai mengaitkan ketidakhadiran Ortega dengan keputusan Barrera yang tak lagi terlibat, yang juga diduga kuat terkait dengan dukungannya terhadap Palestina. Benarkah demikian?
Jenna Ortega: Perjalanan Karir dan Sorotan di Balik Layar
Aktris muda berbakat yang dikenal dengan julukan "Scream Queen" ini memang bukan nama baru di industri hiburan. Ketertarikannya pada dunia akting telah tumbuh sejak usia 6 tahun. Peran-peran awal di serial TV seperti Rob, disusul kesuksesan di film layar lebar seperti Insidious: Chapter 2 dan Iron Man 3, membuktikan bakatnya.
Also Read
Namanya semakin melejit berkat perannya dalam serial Wednesday, di mana ia dengan apik memerankan sosok Wednesday Addams. Jenna Ortega tidak hanya dikenal karena bakat aktingnya, tetapi juga karena kehadirannya yang kuat dan berani di depan kamera.
Absennya Ortega dari Scream VII: Benarkah Dampak Konflik?
Meski belum ada pernyataan resmi dari pihak Jenna Ortega maupun produksi Scream VII, publik terus berspekulasi. Munculnya dua kabar besar secara berurutan, yakni pemecatan Melissa Barrera dan ketidakikutsertaan Jenna Ortega, memunculkan dugaan kuat bahwa ada kaitan erat di antara keduanya.
Jika benar bahwa ketidakhadiran Jenna Ortega juga terkait dengan dukungan Barrera terhadap Palestina, ini akan menjadi preseden yang cukup serius di industri Hollywood. Ini menunjukkan bahwa isu-isu politik yang sensitif dapat berdampak langsung pada kelangsungan karir seorang aktor.
Lebih dari Sekedar Film Horor: Isu Sensitif dalam Industri Hiburan
Kasus Scream VII ini tidak hanya tentang film horor, tetapi juga tentang bagaimana industri hiburan merespons isu-isu sosial dan politik. Dampak dari konflik Palestina, misalnya, ternyata bisa begitu besar hingga mempengaruhi proyek-proyek besar.
Ini juga memunculkan pertanyaan tentang kebebasan berekspresi bagi para aktor dan figur publik. Apakah mereka harus mengorbankan keyakinan pribadinya demi kelangsungan karir? Atau justru, keberanian mereka untuk bersuara dalam isu-isu sensitif adalah bentuk integritas yang patut dihargai?
Apapun alasannya, drama di balik layar Scream VII ini menjadi pengingat bahwa industri hiburan tidak bisa terlepas dari dinamika sosial politik global. Kisah ini masih akan terus bergulir, dan publik tentu akan terus mengikuti perkembangan selanjutnya, menantikan jawaban pasti dari para pihak terkait. Apakah benar bahwa kepergian Jenna Ortega dari Scream VII adalah efek domino dari dukungan Palestina? Waktu yang akan menjawab.