Konflik Israel-Palestina kembali memanas, dan kali ini melibatkan aktor baru: kelompok Houthi dari Yaman. Mungkin sebagian dari kita bertanya-tanya, siapa sebenarnya Houthi ini dan mengapa mereka ikut campur dalam konflik yang jaraknya ribuan kilometer dari Yaman?
Houthi adalah kelompok pemberontak yang muncul di Yaman pada akhir 1990-an. Mereka berafiliasi dengan aliran Islam Syiah Zaidi, dan nama "Houthi" sendiri diambil dari nama pemimpin mereka, Abdul-Malik al-Houthi. Awalnya, mereka bergerak untuk menghidupkan kembali agama Syiah Zaidi di Yaman utara, wilayah yang dulu pernah menjadi pusat kekuasaan mereka.
Namun, seiring berjalannya waktu, Yaman utara justru menjadi wilayah yang miskin dan terpinggirkan. Kekecewaan ini memicu ketegangan antara Houthi dan pemerintah Yaman. Konflik bersenjata pun tak terhindarkan. Houthi tak hanya berhadapan dengan tentara nasional Yaman, tapi juga terlibat dalam konflik perbatasan dengan Arab Saudi yang mayoritas penduduknya Sunni. Pertempuran terus berlanjut hingga pertengahan 2010-an.
Also Read
Puncak dari konflik ini terjadi pada akhir 2014, saat Houthi merebut ibukota Yaman, Sanaa. Hal ini memicu intervensi militer dari Arab Saudi yang membentuk koalisi dengan dukungan negara-negara Barat untuk mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional. Yaman pun berubah menjadi medan perang saudara, melibatkan berbagai aktor regional dan internasional. Hingga kini, Houthi masih menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman dan beberapa pusat populasi penting, sementara pemerintah yang diakui internasional berpusat di Aden.
Lalu, mengapa Houthi kini terlibat dalam konflik Israel-Palestina? Secara historis, Houthi tidak memiliki konflik langsung dengan Israel. Namun, mereka baru-baru ini menyatakan dukungannya untuk Palestina, khususnya dalam konflik Israel-Hamas di Gaza. Pernyataan militer Houthi menyebutkan bahwa mereka akan terus melancarkan serangan sampai "agresi Israel berhenti". Sejak Oktober 2023, mereka telah meluncurkan sejumlah rudal balistik dan drone ke arah Israel, menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Lebih dari Sekadar Solidaritas: Ambisi Regional dan Sentimen Anti-Barat
Meskipun pernyataan Houthi didasari oleh solidaritas terhadap Palestina, ada beberapa faktor lain yang mungkin memengaruhi keputusan mereka untuk ikut campur dalam konflik ini. Pertama, Houthi, sebagai kelompok yang memiliki hubungan dekat dengan Iran, mungkin melihat ini sebagai kesempatan untuk memperluas pengaruh regional. Iran, yang juga merupakan musuh bebuyutan Israel, sering kali mendukung kelompok-kelompok yang menentang kebijakan Israel di Timur Tengah.
Kedua, keterlibatan Houthi dalam konflik ini juga bisa dipicu oleh sentimen anti-Barat yang kuat. Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya sering kali dianggap mendukung Israel, sehingga Houthi, sebagai kelompok yang memiliki pandangan anti-Barat, merasa perlu untuk mengambil tindakan.
Implikasi Keterlibatan Houthi
Keterlibatan Houthi dalam konflik Israel-Palestina ini memberikan implikasi yang cukup signifikan. Pertama, hal ini semakin memperumit situasi di Timur Tengah. Konflik yang awalnya hanya melibatkan Israel dan Hamas, kini melibatkan aktor lain yang memiliki agenda sendiri. Kedua, serangan Houthi dapat mengganggu jalur perdagangan dan pelayaran di Laut Merah, yang merupakan salah satu rute perdagangan terpenting di dunia. Ketiga, ini juga menunjukkan bahwa konflik Israel-Palestina tidak lagi hanya menjadi masalah lokal, tetapi telah berkembang menjadi isu yang melibatkan berbagai kepentingan regional dan internasional.
Dengan kata lain, Houthi, yang awalnya merupakan kelompok pemberontak lokal di Yaman, kini telah menjadi aktor penting dalam konflik yang lebih besar. Keterlibatan mereka menjadi pengingat bahwa konflik di Timur Tengah adalah masalah yang kompleks dengan banyak lapisan dan tidak dapat diselesaikan hanya dengan satu solusi saja. Kita akan terus melihat bagaimana perkembangan situasi ini dan dampaknya terhadap stabilitas kawasan.