Suami pedangdut Uut Permatasari, AKBP Goffarudin Pulungan, belakangan ini kembali menjadi perbincangan publik. Bukan karena prestasinya di kepolisian, melainkan karena pengakuan sang istri terkait perubahan gaya hidup mereka setelah kepindahannya ke Bali. Mari kita telusuri lebih dalam profil sosok di balik seragam polisi ini.
Goffarudin Pulungan, seorang perwira menengah kepolisian, memang bukan wajah yang sering menghiasi layar kaca sebelum menikahi Uut Permatasari. Kehidupan pribadinya cenderung tertutup, jauh dari sorotan media. Namun, setelah menjadi suami dari seorang selebriti, namanya mau tak mau ikut terseret ke ranah publik.
Awal perkenalan Uut dengan sosok Goffarudin pun cukup unik. Uut mengaku awalnya menganggap suaminya sosok yang serius dan garang. Penampilannya yang tegas membuat Uut beranggapan demikian. Namun, seiring waktu, ia menemukan sisi lembut dan penyayang dari suaminya.
Also Read
Karier Goffarudin di kepolisian terbilang cukup cemerlang. Ia pernah mengemban amanah sebagai Kapolres Gowa selama kurang lebih 1 tahun 7 bulan. Sebelumnya, ia juga pernah bertugas di Sespim Lemdiklat Polri. Saat ini, Goffarudin tengah bertugas sebagai Kabag Binkar Biro SDM Polda Bali.
Perpindahan tugas ini ternyata membawa dampak signifikan bagi kehidupan finansial keluarga mereka. Uut Permatasari secara terbuka menceritakan bahwa gaji suaminya sebagai seorang AKBP berkisar antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta, belum termasuk tunjangan. Nominal ini jelas jauh berbeda dari kondisi sebelumnya, memaksa mereka untuk melakukan penyesuaian gaya hidup.
Uut sendiri mengakui, kini ia harus lebih bijak dalam mengelola keuangan keluarga. Ia selalu meminta izin kepada suaminya sebelum membeli sesuatu. Hal ini menunjukkan penghargaan Uut terhadap jerih payah suaminya dalam mencari nafkah.
Lebih dari Sekadar Angka: Memahami Makna Perpindahan Tugas
Perubahan gaya hidup Uut dan Goffarudin ini menjadi cerminan bahwa hidup tidak selalu tentang kemewahan. Pengakuan Uut menunjukkan bahwa kebahagiaan dan keharmonisan keluarga tidak selalu bergantung pada kondisi finansial yang berlimpah. Justru, tantangan ini memperlihatkan bagaimana mereka berdua saling mendukung dan menghargai satu sama lain.
Perpindahan tugas dalam institusi kepolisian memang hal yang wajar. Namun, di balik perpindahan itu, ada konsekuensi yang harus dihadapi, termasuk penyesuaian finansial bagi keluarga. Hal ini adalah realitas yang seringkali terlupakan dari kehidupan seorang abdi negara.
Kisah Goffarudin dan Uut memberikan kita perspektif baru. Bahwa di balik seragam dan pangkat, ada keluarga yang juga berjuang dan beradaptasi dengan setiap perubahan. Kisah ini pun mengajarkan kita untuk lebih menghargai setiap profesi dan perjuangan, termasuk mereka yang mengabdi untuk negara. Gaji mungkin bukan segalanya, tetapi semangat dan kasih sayang adalah pondasi yang jauh lebih kuat.