Sosok dr. Djaja Surya Atmadja kembali menjadi perbincangan, terutama bagi mereka yang mengikuti perkembangan kasus kopi sianida yang sempat menghebohkan publik. Namun, siapa sebenarnya dr. Djaja? Lebih dari sekadar ahli forensik dalam kasus tersebut, beliau adalah pionir di bidang DNA forensik Indonesia, seorang akademisi, dan praktisi yang disegani di dunia hukum dan kesehatan. Mari kita telaah lebih dalam profil dan sepak terjang beliau.
Lahir dan Mengabdi untuk Ilmu Kedokteran
Lahir di Jakarta pada 19 Mei 1960, dr. Djaja meniti karirnya di dunia kedokteran dengan langkah yang mantap. Gelar Sarjana Kedokteran diraihnya dari Universitas Indonesia (UI) pada 1986. Kecintaannya pada bidang ini terlihat sejak masa perkuliahan, di mana beliau aktif dalam berbagai kegiatan akademik dan penelitian. Tidak berhenti di situ, dr. Djaja kemudian melanjutkan pendidikan spesialis forensik medikolegal di UI pada 1990.
Merintis Jalan DNA Forensik di Indonesia
Pendidikan dan spesialisasi dr. Djaja tidak berhenti di Indonesia. Beliau kemudian melanjutkan studi di Kobe University, Jepang, dan menjadi orang pertama di Indonesia yang mengkhususkan diri dalam DNA forensik pada 1995. Pencapaian ini sangat monumental, karena di masa itu, keahlian DNA forensik masih sangat langka di Indonesia. Langkah ini menempatkan dr. Djaja sebagai pionir yang membuka jalan bagi perkembangan ilmu forensik di tanah air.
Also Read
Keahlian yang Terus Diasah
Tak hanya mendalami ilmu kedokteran forensik, dr. Djaja juga melengkapi dirinya dengan pengetahuan hukum. Beliau menempuh pendidikan hukum di Universitas Indonesia (UI) dan studi forensik di National School of Public Health di Utrecht, Belanda. Kombinasi keahlian kedokteran dan hukum ini menjadikan dr. Djaja sosok yang komprehensif dalam menangani berbagai kasus yang melibatkan aspek medis dan hukum.
Lebih dari Sekadar Teori: Praktisi yang Berkiprah Nyata
Dr. Djaja tidak hanya berkutat dengan teori di ruang kuliah. Beliau adalah seorang praktisi yang aktif terlibat dalam berbagai kasus kriminal yang memerlukan analisis forensik. Publik mungkin lebih mengenal beliau dari kasus kopi sianida yang melibatkan kematian Mirna Salihin pada 2016. Dalam kasus tersebut, kesaksian dr. Djaja yang menyatakan tidak ada bukti kontaminasi sianida dalam tubuh Mirna sempat menjadi sorotan dan menimbulkan perdebatan. Selain kasus tersebut, beliau juga terlibat dalam penyelidikan kematian David Hartanto Widjaja, seorang mahasiswa Indonesia di Singapura pada 2019.
Peran Aktif di Dunia Akademis dan Internasional
Selain sebagai dokter forensik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr. Djaja juga dikenal sebagai dosen di Universitas Indonesia dan Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta. Beliau juga menjadi anggota Dewan Penasihat Ilmiah Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag, Belanda. Peran beliau di level internasional ini membuktikan pengakuan atas keahliannya di bidang forensik.
Warisan dan Kontribusi bagi Keadilan
Dr. Djaja Surya Atmadja adalah sosok yang memberikan warna dan kontribusi besar dalam sistem peradilan Indonesia. Dedikasi dan keahliannya dalam kedokteran forensik, khususnya DNA forensik, telah membantu mengungkap kebenaran dalam berbagai kasus kriminal. Keberaniannya untuk menyampaikan pendapat profesional, bahkan jika berbeda dari opini publik, menunjukkan integritas dan komitmennya pada keadilan. Beliau adalah contoh nyata bagaimana ilmu pengetahuan dapat berperan penting dalam penegakan hukum yang berkeadilan.
Kisah hidup dan karier dr. Djaja Surya Atmadja adalah inspirasi bagi generasi muda, terutama mereka yang ingin berkiprah di bidang kedokteran forensik. Beliau membuktikan bahwa dengan dedikasi dan keahlian yang terus diasah, kita dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan negara.