Dunia seni rupa Indonesia kembali berduka. Djoko Pekik, seniman legendaris yang dikenal dengan lukisan realis-ekspresif bernafaskan nilai kerakyatan, telah menghembuskan napas terakhirnya pada 12 Agustus 2023. Kepergiannya meninggalkan jejak mendalam bagi perkembangan seni lukis tanah air, terutama gaya khas yang selalu mengusung isu sosial dan kemanusiaan.
Lahir di Purwodadi, Jawa Tengah, Djoko Pekik tumbuh dalam kesederhanaan keluarga petani. Kondisi ekonomi yang sulit tidak menyurutkan minatnya pada dunia seni. Pada tahun 1957, ia menempuh pendidikan di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta, dan berhasil lulus lima tahun kemudian. Di sinilah bakat dan minatnya pada seni lukis semakin terasah.
Gaya melukis Djoko Pekik sangat khas, memadukan realisme dengan ekspresi emosional yang kuat. Karya-karyanya seringkali terinspirasi dari pengalaman pribadinya berinteraksi dengan masyarakat miskin dan terpinggirkan. Ia tak segan mengangkat isu-isu sosial dan ketidakadilan dalam lukisannya, menjadikannya sebagai medium untuk menyampaikan kritik dan refleksi. Salah satu karyanya yang paling ikonik adalah "Berburu Celeng", lukisan yang secara gamblang menggambarkan suasana kepemimpinan di masa Orde Baru.
Also Read
Perjalanan karier Djoko Pekik tidak selalu mulus. Keterlibatannya dengan LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat) di masa lalu, yang terafiliasi dengan PKI, sempat membawanya ke dalam tahanan pasca peristiwa 1965. Namun, hal itu tak menghentikannya untuk terus berkarya. Djoko Pekik justru semakin produktif dan menghasilkan karya-karya yang bernilai tinggi. Pameran tunggalnya di Bentara Budaya Yogyakarta pada tahun 1998 menjadi bukti kebangkitan seniman legendaris ini. Dalam pameran tersebut, satu lukisannya laku terjual dengan harga yang fantastis, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pelukis papan atas Indonesia.
Selain "Berburu Celeng", lukisan-lukisan lain seperti "Ledak Gogik" dan "Pengamen Istirahat" juga menjadi contoh kuat bagaimana Djoko Pekik selalu menempatkan nilai sosial dan kemanusiaan sebagai pusat karyanya. Lukisan-lukisan itu bukan hanya sekadar gambar di atas kanvas, melainkan juga rekaman zaman yang penuh makna.
Kepergian Djoko Pekik tak berarti karya dan pengaruhnya ikut lenyap. Sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan, sastrawan dan pastor Sindhunata membuat patung "Berburu Celeng" yang kini berdiri megah di Omah Petroek, Sleman, Yogyakarta. Patung ini menjadi simbol keabadian warisan seni Djoko Pekik, mengingatkan generasi mendatang tentang kegigihan dan dedikasinya pada seni lukis serta nilai-nilai kerakyatan.
Djoko Pekik telah pergi, namun karya-karyanya akan terus hidup dan menginspirasi. Ia bukan hanya seorang seniman, melainkan juga seorang pengamat sosial yang peka terhadap realitas di sekitarnya. Ia telah membuktikan bahwa seni dapat menjadi alat untuk menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan keadilan. Jejak langkahnya akan selalu dikenang dan diwarisi oleh generasi seniman Indonesia selanjutnya.