Nama Djajadi Djaja kembali mencuat ke permukaan, bukan sebagai pemilik Indomie seperti yang ramai diperbincangkan, melainkan sebagai pendiri Mie Gaga. Kisah perjalanan bisnisnya yang penuh liku, patut disimak sebagai cerminan dinamika industri mi instan Indonesia.
Djajadi Djaja, bersama empat rekannya, mengawali kiprahnya di industri mi instan dengan mendirikan Sanmaru Food Manufacturing. Perusahaan inilah yang pertama kali memproduksi Indomie, mi instan yang kini menjadi ikon kuliner Indonesia. Di bawah kepemimpinan Djajadi sebagai direktur dari 1971 hingga 1978, Indomie mulai dikenal dan digemari masyarakat.
Namun, perjalanan bisnis tak selalu mulus. Pada tahun 1984, Sanmaru menjalin kemitraan strategis dengan Salim Grup, yang kemudian melahirkan PT Indofood Eterna. Salim Grup, dengan portofolio bisnisnya yang luas termasuk merek mi instan Sarimi dan Supermie, serta produsen tepung Bogasari, melihat potensi besar di pasar mi instan. Kolaborasi ini menjadi titik balik penting dalam sejarah Indomie.
Also Read
Djajadi Djaja kemudian menerima tawaran Salim Grup untuk mengalihkan kepemilikan Indomie ke PT Indofood Eterna. Pada awalnya, Djajadi dan rekan-rekannya memegang mayoritas saham (57,5%), sementara Salim Grup memiliki 42,5%. Kendali operasional berada di tangan Hendy Rusli, teman dekat Djajadi, yang menjadi nahkoda PT Indofood Eterna. Penggabungan merek Indomie dan Supermie dalam satu payung perusahaan menjadi langkah strategis untuk memperkuat dominasi di pasar.
Sayangnya, badai finansial menerjang di tahun 1993. Akibat masalah keuangan yang mendera, Djajadi dan kolega harus merelakan seluruh kepemilikan saham mereka di Indofood berpindah tangan sepenuhnya ke Salim Grup. Konflik pun tak terhindarkan, hingga berujung pada sengketa hukum. Djajadi, sang pionir, akhirnya harus meninggalkan perusahaan yang ia rintis.
Namun, Djajadi tidak menyerah. Ia membuktikan bahwa semangat kewirausahaan tak bisa dipadamkan. Pada Mei 1993, ia mendirikan PT Jakarana Tama, yang melahirkan merek Mie Gaga. Dengan 10 varian rasa yang berhasil merebut hati konsumen, Mie Gaga membuktikan diri sebagai pesaing tangguh di pasar mi instan. Langkah Djajadi ini bukan hanya menunjukkan ketangguhannya sebagai pengusaha, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Kisah Djajadi Djaja bukan sekadar tentang bisnis mi instan, melainkan juga tentang dinamika persaingan, jatuh bangun dalam dunia usaha, dan pentingnya inovasi. Dari Indomie, yang ia rintis dan kemudian harus ia tinggalkan, hingga Mie Gaga yang ia bangun kembali dari nol, Djajadi Djaja telah menorehkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah industri mi instan Indonesia. Perjalanannya mengajarkan kita bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari kesempatan baru.