Istri dari Anthony Tan, pendiri raksasa transportasi online Grab, menjadi sorotan publik setelah mengungkapkan dukungannya terhadap Israel melalui akun media sosial pribadinya. Chloe Tong, yang dikenal tertutup, tiba-tiba membagikan perasaannya yang mendalam terkait konflik yang terjadi di Israel. Unggahan tersebut sontak memicu gelombang reaksi keras dari warganet, terutama di Indonesia dan Malaysia, yang berujung pada ancaman boikot terhadap perusahaan Grab.
Chloe, melalui akun Instagram @chloetong, mengungkapkan kesedihan dan kepedihannya atas situasi yang berlangsung di Israel. Ia juga menyebut Israel sebagai salah satu destinasi liburan favorit keluarga dan mengungkapkan kecintaannya pada negara tersebut. Ungkapan ini, yang tampaknya dipicu oleh berbagai konten dan video yang beredar, menjadi pemicu kontroversi yang meluas.
Langkah Chloe untuk bersuara di media sosial, meskipun terkesan pribadi, memiliki dampak signifikan pada citra perusahaan yang didirikan oleh suaminya. Warganet, yang merasakan simpati yang kuat terhadap isu Palestina, menilai tindakan Chloe sebagai bentuk keberpihakan yang tidak dapat diterima. Tagar #BoikotGrab pun ramai digaungkan di berbagai platform media sosial.
Also Read
Ancaman boikot ini bukan sekadar gertakan. Sejumlah warganet di Indonesia secara terang-terangan menyatakan preferensi mereka untuk beralih ke Gojek, yang dianggap sebagai produk dalam negeri yang tidak terafiliasi dengan Israel. Hal ini menyoroti betapa sensitifnya isu geopolitik bagi konsumen dan bagaimana persepsi publik dapat memengaruhi loyalitas terhadap merek.
Kasus Chloe Tong ini menjadi contoh nyata bagaimana pandangan pribadi seseorang, terutama mereka yang terasosiasi dengan perusahaan besar, dapat dengan cepat menjadi isu publik dan berdampak pada bisnis. Ini juga menjadi pengingat bahwa di era media sosial, segala sesuatu yang diungkapkan di ranah daring dapat memiliki konsekuensi yang tak terduga.
Ke depan, perusahaan-perusahaan besar perlu lebih peka terhadap sentimen publik dan risiko yang mungkin timbul akibat pandangan pribadi para figur yang terkait dengan mereka. Kasus ini juga mengajarkan bahwa transparansi dan kehati-hatian dalam menyampaikan pandangan di media sosial adalah kunci untuk menjaga citra dan loyalitas pelanggan. Situasi ini juga membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang bagaimana perusahaan dan tokoh publik seharusnya merespons isu-isu sensitif dengan cara yang bertanggung jawab dan bijaksana.