Musim kemarau panjang tak hanya menyisakan tanah kering dan sungai yang surut, tapi juga menguji hati dan kejujuran. Di sebuah sungai di tepi hutan, hidup sekelompok buaya dengan berbagai warna kulit. Ada yang putih bersih, hitam pekat, dan belang-belang. Meskipun berbeda rupa, mereka hidup rukun di bawah kepemimpinan raja buaya yang bijaksana dan adil. Namun, bencana kekeringan datang, dan kesetiaan mereka diuji.
Kala sungai mengering dan binatang-binatang mati kelaparan, buaya-buaya pun mulai kesulitan mencari makan. Raja buaya, dengan hati sedih, melihat rakyatnya satu per satu tumbang. Beruntung, ia masih memiliki sedikit persediaan daging rusa dan sapi. Dengan bijak, sang raja menunjuk Buaya Putih dan Buaya Hitam untuk membagikan daging tersebut kepada seluruh kelompok.
"Bagikan daging ini setiap pagi kepada teman-teman kita," titah raja. "Laksanakan dengan adil dan jujur."
Also Read
Buaya Putih dengan tulus menjalankan amanah tersebut. Ia membagi rata jatah makanan tanpa membeda-bedakan. Setiap buaya mendapat bagian yang sama, tak ada yang terlewatkan. Sementara itu, Buaya Hitam, di balik layar, menyimpan serakahnya. Daging yang seharusnya dibagikan, justru dilahapnya sendiri. Tubuhnya semakin gemuk, sementara yang lain semakin kurus kering.
Perbedaan mencolok ini akhirnya terungkap. Buaya Putih, yang melihat sendiri bangkai buaya berserakan di sekitar tempat Buaya Hitam, geram melihat kecurangan tersebut. Ia pun mendatangi Buaya Hitam dan menegurnya. Buaya Hitam, yang merasa terpojok, justru menantang berkelahi. Pertarungan sengit tak terhindarkan. Namun, karena kekenyangan, Buaya Hitam tak mampu bergerak lincah. Akhirnya, ia pun takluk di tangan Buaya Putih.
Buaya Hitam, dengan segala kecurangannya, dihadapkan pada raja. Setelah mendengarkan kesaksian, raja memberikan hukuman mati atas pengkhianatan tersebut. Sementara itu, Buaya Putih, yang telah menunjukkan kejujuran, keadilan, dan kepatuhannya, diangkat sebagai pengganti raja kelak.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa dalam situasi sulit sekalipun, kejujuran dan keadilan adalah fondasi penting yang harus dijaga. Keserakahan dan pengkhianatan, pada akhirnya, hanya akan membawa kehancuran. Buaya Hitam menjadi pengingat bahwa perbuatan curang akan selalu terbongkar, dan akan ada konsekuensi yang harus dihadapi. Sebaliknya, Buaya Putih menjadi simbol ketulusan dan pengorbanan, yang pada akhirnya membawa ia pada kemuliaan. Kisah ini juga menjadi refleksi, bagaimana pemimpin harus bijak dalam memilih orang yang dapat dipercaya, karena kepercayaan adalah modal utama dalam mengelola amanah. Musim sulit memang menguji, tapi juga menunjukkan siapa yang berhati baja dan siapa yang berhati serakah.