Haikal Hassan Baras, nama yang belakangan ini kerap menjadi perbincangan, bukan hanya di kalangan umat Muslim, tetapi juga di jagat perpolitikan Indonesia. Sosok yang akrab disapa Babe Haikal ini, dikenal luas sebagai pendakwah dengan gaya khas Betawi yang lugas, bahkan terkesan sangar, namun tak jarang menyelipkan humor dalam ceramahnya. Siapa sebenarnya sosok di balik gaya dakwah yang unik ini?
Lahir dan besar di lingkungan Betawi, Babe Haikal telah meniti karir dakwahnya sejak era 80-an, dimulai dari menjadi guru mengaji di kampung halamannya. Namun, namanya mulai melambung tinggi setelah terlibat aktif dalam aksi massa 2 Desember 2016 atau yang lebih dikenal dengan aksi 212. Ia menjadi salah satu panitia dan juru bicara presidium alumni PA 212, aksi yang mengawal fatwa MUI terkait kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sebelum terjun ke dunia dakwah yang lebih luas, Babe Haikal ternyata memiliki latar belakang pendidikan dan karir yang cukup beragam. Ia pernah mengenyam pendidikan di Universitas Budi Luhur jurusan Teknik Informatika dan melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung dengan fokus Teknik Perindustrian. Bahkan, ia sempat mencicipi pendidikan di Fakultas Falsafat Matematika Universitas Teknologi Malaysia (UTM) dan menjadi konsultan SDM di sebuah perusahaan pertambangan. Pengalaman kerja di dunia korporat, justru kemudian membawanya pada keputusan untuk lebih fokus pada jalan dakwah.
Also Read
Perjalanan akademisnya tak berhenti di situ. Ia juga sempat menuntut ilmu agama di Jeddah, Arab Saudi, meski tidak berhasil menuntaskan pendidikan S1 di sana. Namun, kegigihannya untuk terus belajar membawanya kembali ke Indonesia dan berhasil meraih gelar S1 dari Universitas Budi Luhur. Tak puas sampai di situ, ia melanjutkan S2 di Australia, namun akhirnya kembali ke tanah air dan menuntaskan S2-nya di ITB.
Keterlibatannya dalam politik juga tak bisa dilepaskan dari sosok Babe Haikal. Ia pernah menjadi juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan calon presiden dan wakil presiden, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Ini menunjukkan bahwa ia bukan hanya seorang pendakwah, tapi juga sosok yang memiliki kepedulian terhadap isu-isu sosial dan politik yang berkembang di Indonesia.
Gaya dakwahnya yang khas, menggunakan logat Betawi, menjadi daya tarik tersendiri bagi pendengarnya. Ia tidak takut untuk berbicara lantang tentang kebenaran, meskipun terkadang disampaikan dengan nada yang keras dan terkesan sangar. Namun, di balik ketegasannya, seringkali terselip humor yang membuat suasana ceramah menjadi lebih cair dan menyenangkan.
Selain aktif berdakwah, Babe Haikal juga sering diundang menjadi bintang tamu dan pembicara di berbagai acara publik, termasuk forum diskusi yang membahas isu-isu aktual. Ini menunjukkan bahwa ia bukan hanya seorang pendakwah agama, tetapi juga seorang intelektual yang memiliki pemikiran kritis terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa.
Perjalanan hidup Babe Haikal Hassan Baras, dari seorang guru mengaji di kampung halaman hingga menjadi tokoh publik yang dikenal luas, memberikan inspirasi bahwa latar belakang apapun tidak menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan. Kiprahnya dalam dunia dakwah dan sumbangsihnya terhadap perkembangan pemikiran keislaman di Indonesia patut diapresiasi dan menjadi contoh bagi generasi muda.