Lagu "Aiya Cik Siti" atau yang dikenal juga dengan "Aiya Susanti", belakangan ini menggemparkan jagat TikTok. Irama riang dan lirik jenaka lagu ini menjadi daya tarik utama bagi para pengguna media sosial, sehingga tak heran banyak video pendek yang menggunakan lagu ini sebagai latar belakang. Fenomena ini bukan hanya sekadar tren musiman, namun juga membawa cerita menarik dari balik layar produksi animasi hingga sentuhan kreativitas anak muda.
Lagu ini sendiri sebenarnya bukanlah lagu baru. "Aiya Cik Siti" merupakan bagian dari serial animasi populer, Upin & Ipin. Tepatnya, lagu ini muncul dalam episode berjudul "Kenangan Mengusik Jiwa" yang dinyanyikan oleh karakter Mei Mei dan Susanti saat sedang bermain. Lirik lagu yang sederhana dengan nuansa dialek melayu dan nada ceria, tampaknya memberikan kesan nostalgia bagi banyak penonton Upin & Ipin.
Liriknya yang menggelitik, seperti "Ana banyak susah, jalan tutup mata," dan "Mei Mei, jaga depan ada longkang," menjadi mudah diingat dan sangat cocok untuk dikreasikan menjadi video-video kreatif. Tak sedikit konten kreator yang menggunakan lirik-lirik ini sebagai ide utama kontennya, mulai dari video lucu, dance challenge, hingga storytelling singkat yang menghibur.
Also Read
Di balik popularitasnya, lagu ini ternyata merupakan parodi dari lagu melayu klasik, khususnya soundtrack film Ali Baba Bujang Lapok karya P. Ramlee. Hal ini menambah nilai keunikan lagu ini, karena menggabungkan sentuhan klasik dengan tren modern. Transformasi dari lagu parodi menjadi viral di media sosial merupakan bukti bahwa musik memiliki kekuatan untuk lintas generasi dan lintas platform.
Lebih menarik lagi, viralnya lagu ini di TikTok ternyata dipicu oleh parodi yang dibuat oleh dua siswa SMA di Tasikmalaya. Akun TikTok @morales.b berhasil menarik perhatian jutaan penonton dengan kreasi mereka. Fakta ini menunjukkan bahwa anak muda memiliki peran penting dalam membentuk tren digital dan bahwa kreativitas mereka tidak mengenal batas. Dari sebuah lagu anak-anak di animasi, menjadi sebuah tren viral yang dipopulerkan oleh anak SMA, sungguh sebuah perjalanan yang menarik.
Fenomena "Aiya Cik Siti" ini juga menunjukkan bagaimana sebuah karya, baik itu lagu, film, atau konten animasi, dapat hidup kembali dan mendapatkan apresiasi baru di era digital. Ini adalah pengingat bagi kita bahwa sebuah karya tidak hanya terbatas pada media aslinya, namun juga dapat bereinkarnasi dan menemukan audiens baru melalui platform media sosial. Lagu "Aiya Cik Siti" bukan hanya sekadar tren, melainkan fenomena budaya yang patut untuk dicermati dan dinikmati.