Drama Korea The Penthouse memang bukan tontonan ringan. Popularitasnya tak hanya karena alur cerita yang penuh intrik dan plot twist, tapi juga karena berhasil memantik emosi penonton dengan berbagai konflik yang disajikan. Kisah perselingkuhan, perebutan kekuasaan, penindasan, hingga pembunuhan menjadi bumbu yang membuat drama ini begitu intens dan membuat penonton geregetan di setiap episodenya.
Namun, di balik semua drama dan intrik itu, The Penthouse menyuguhkan sebuah refleksi penting, terutama bagi para orang tua. Drama ini bukan hanya sekadar tontonan hiburan, tapi juga menjadi cermin tentang bagaimana pola didik yang keliru dapat berdampak buruk pada perkembangan anak.
Ambisi Orang Tua yang Menghancurkan
Salah satu inti cerita dalam The Penthouse adalah bagaimana ambisi orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah seni bergengsi Cheong A, berujung pada persaingan yang tak sehat. Anak-anak dipaksa untuk menjadi yang terbaik, bahkan dengan cara-cara yang curang dan keji. Mereka dibentuk bukan sebagai individu yang memiliki keinginan dan bakat sendiri, melainkan sebagai alat untuk memenuhi ambisi orang tua.
Also Read
Tekanan yang begitu besar ini membuat karakter anak-anak dalam drama tersebut kehilangan empati dan rasa kemanusiaan. Mereka tumbuh menjadi sosok-sosok yang manipulatif, egois, dan bahkan melakukan kekerasan. Hal ini seolah menjadi pengingat bahwa anak-anak bukanlah sekadar proyek atau wadah untuk mewujudkan impian orang tua. Mereka adalah individu yang memiliki hak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri.
Menghargai Potensi dan Keinginan Anak
The Penthouse dengan gamblang menunjukkan akibat dari memaksakan kehendak dan mengabaikan keinginan anak. Orang tua yang terlalu otoriter cenderung tidak mendengarkan suara anak, menuntut tanpa memberi ruang untuk berekspresi, dan pada akhirnya membuat anak merasa tidak berharga dan tertekan.
Drama ini menggarisbawahi pentingnya orang tua untuk memahami dan menghargai potensi serta keinginan anak. Setiap anak memiliki bakat dan minat yang berbeda-beda. Tugas orang tua adalah menggali potensi tersebut, memberikan dukungan, dan membimbing mereka untuk tumbuh menjadi pribadi yang utuh dan bahagia, bukan sekadar memenuhi ekspektasi orang tua.
Pesan Penting: Jangan Jadikan Anak ‘Monster’
Pesan utama yang disampaikan The Penthouse adalah jangan sampai menjadikan anak sebagai ‘monster’ karena kesalahan pola didik. Tekanan yang berlebihan, persaingan yang tidak sehat, dan kurangnya kasih sayang dapat merusak karakter anak dan membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.
Meskipun alurnya terkadang berlebihan dan membuat lelah, The Penthouse tetap menjadi tontonan yang menarik karena berhasil menyentuh isu-isu penting dalam kehidupan keluarga. Drama ini memberikan ruang bagi kita untuk merenungkan kembali bagaimana kita sebagai orang tua mendidik anak-anak. Apakah kita sudah memberikan yang terbaik untuk mereka, atau justru tanpa sadar membuat mereka menjadi sosok yang kita takuti?
Bagi para orang tua yang sedang mencari tontonan yang menghibur sekaligus memberikan pelajaran berharga, The Penthouse bisa menjadi pilihan yang tepat. Namun, jangan lupa untuk selalu mengambil hikmah dari setiap adegan yang disajikan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.