Minangkabau, Sumatera Barat, bukan hanya dikenal dengan keindahan alamnya, tapi juga kekayaan budayanya. Di balik rumah gadang dan rendang yang mendunia, tersimpan nilai-nilai adat yang kuat, terutama dalam membentuk karakter perempuan Minang. Salah satu aturan adat yang unik dan menarik untuk dibahas adalah Sumbang Duo Baleh. Apa sebenarnya Sumbang Duo Baleh ini dan mengapa masih relevan hingga kini?
Sumbang Duo Baleh adalah seperangkat aturan tak tertulis yang mengatur tata krama dan sopan santun perempuan Minangkabau. Sesuai namanya, duo baleh berarti dua belas. Aturan ini berisi dua belas larangan yang harus dipatuhi perempuan Minang agar tidak menimbulkan rasa malu bagi diri sendiri dan keluarganya. Tujuan utama dari aturan ini adalah membentuk perempuan Minang menjadi limpapeh, sosok perempuan ideal yang menjaga kehormatan diri melalui perilaku dan sikap yang santun sesuai dengan adat dan agama.
Berikut adalah 12 aturan Sumbang Duo Baleh yang perlu dipahami:
Also Read
1. Sumbang Duduak (Duduk): Bukan sekadar posisi duduk, tapi bagaimana perempuan menempatkan diri. Hindari duduk bersila atau mengangkat kaki. Saat duduk di kursi, kaki harus merapat atau menyamping. Bahkan saat berkendara, posisi duduk juga diatur, tidak boleh bersila. Aturan ini menekankan kesopanan dan keanggunan dalam setiap gerakan.
2. Sumbang Tagak (Berdiri): Berdiri pun ada aturannya. Tidak boleh berkacak pinggang, duduk di tangga atau depan pintu, atau berdiri di tengah jalan tanpa tujuan yang jelas. Selain itu, sentuhan fisik dengan lawan jenis yang bukan muhrim juga dihindari. Aturan ini mengajarkan perempuan Minang untuk menjaga sikap dan menghindari pandangan yang tidak pantas.
3. Sumbang Bajalan (Berjalan): Cara berjalan mencerminkan karakter seseorang. Perempuan Minang diharapkan berjalan dengan hati-hati, tidak terburu-buru, dan menghindari gerakan yang kasar. Ini mengajarkan kelembutan dan keanggunan dalam setiap langkah.
4. Sumbang Bakato (Berkata): Berbicara dengan sopan, jelas, dan tenang, itulah yang diharapkan. Hindari kata-kata kasar, kotor, atau mencela orang lain. Sebelum berbicara, hendaknya berpikir terlebih dahulu. Aturan ini mengajarkan pentingnya komunikasi yang baik dan menghargai orang lain.
5. Sumbang Mancaliak (Melihat): Menjaga pandangan adalah hal yang penting. Hindari menatap laki-laki yang bukan muhrim. Ketika ada tamu di rumah, hindari melihat jam terlalu sering karena dianggap tidak sopan. Aturan ini mengajarkan kesederhanaan dan etika dalam berinteraksi.
6. Sumbang Makan: Makan dengan secukupnya, pelan, dan tidak bersuara. Hindari makan sambil berdiri atau berjalan. Berbicara saat makan hanya diperbolehkan jika ada hal penting yang perlu disampaikan. Aturan ini mengajarkan kesopanan dan etika di meja makan.
7. Sumbang Bapakaian (Berpakaian): Pakaian harus sopan, longgar, dan rapi. Pakaian yang ketat atau terbuka tidak diperbolehkan. Pakaian sehari-hari juga harus dibedakan dengan pakaian saat bekerja di sawah. Aturan ini mengajarkan pentingnya berpakaian yang sesuai dengan norma dan kesopanan.
8. Sumbang Karajo (Kerja): Pekerjaan yang dilakukan perempuan hendaknya pekerjaan ringan, seperti memasak, mencuci, dan menjahit. Pekerjaan yang berat sebaiknya dilakukan oleh laki-laki. Aturan ini mencerminkan pembagian peran dalam masyarakat Minangkabau.
9. Sumbang Tanyo (Tanya): Ketika ingin bertanya, tunggu sampai orang lain selesai berbicara. Hindari memotong pembicaraan dan jangan mengulang pertanyaan yang sama. Aturan ini mengajarkan kesopanan dalam berinteraksi dan menghargai orang lain.
10. Sumbang Jawek (Jawab): Menjawab pertanyaan dengan baik, tepat, dan seperlunya. Jika tidak perlu, tidak perlu menjawab. Aturan ini mengajarkan efisiensi dalam berkomunikasi dan menghindari perkataan yang tidak perlu.
11. Sumbang Bagaua (Bergaul): Dalam bergaul, perempuan Minang harus bijak memilih teman. Hindari terlalu dekat dengan laki-laki, apalagi berduaan. Aturan ini mengajarkan pentingnya menjaga pergaulan dan menghindari fitnah.
12. Sumbang Kurenah (Gaya): Dalam berperilaku, harus peka terhadap perasaan orang lain. Hindari berbicara kasar, menyalahkan, atau memarahi. Sampaikan pendapat dengan lembut dan bijak. Aturan ini mengajarkan pentingnya empati dan kelembutan dalam berinteraksi.
Relevansi Sumbang Duo Baleh di Era Modern
Di tengah arus modernisasi, pertanyaan tentang relevansi Sumbang Duo Baleh seringkali muncul. Apakah aturan ini masih relevan untuk diterapkan pada perempuan Minang masa kini?
Jawabannya tidak hitam-putih. Di satu sisi, beberapa aturan mungkin terasa kaku dan membatasi gerak perempuan. Namun, di sisi lain, inti dari Sumbang Duo Baleh adalah tentang kesopanan, etika, dan penghormatan terhadap orang lain, nilai-nilai yang tetap relevan di era apapun.
Yang perlu ditekankan adalah bagaimana kita menginterpretasikan dan mengaplikasikan aturan ini secara bijak. Tidak semua aturan harus diterapkan secara kaku. Kita perlu memahami esensi dari aturan tersebut, yaitu membentuk karakter perempuan Minang yang berakhlak mulia, santun, dan berwibawa.
Sumbang Duo Baleh bukan sekadar aturan yang mengekang, tetapi juga sebuah warisan budaya yang berharga. Dengan memahami dan mengaplikasikannya secara bijak, kita dapat menjaga tradisi leluhur sambil tetap relevan dengan perkembangan zaman. Hal ini juga menjadi pengingat bahwa setiap budaya memiliki cara tersendiri dalam membentuk karakter masyarakatnya, dan kita patut menghargai kekayaan tersebut.